Jangan patahkan hati seorang penulis, atau kau akan abadi disetiap tulisannya.
🍃
🍃
🍃
🍃
Motor metic merah dengan dua manusia di atasnya sudah berhenti di depan gedung bertuliskan SMP Dirgantara Saint Arnoldus Janssen⸺SPANTARSEN. Itu adalah Anjar dan adik perempuannya.
Sudah menjadi kebiasaan bagi seorang Anjar, sebelum menuju gedung sekolahnya ia harus mengantar terlebih dahulu adiknya yang juga sekolah di satu yayasan yang sama, yang membedakannya hanyalah jenjang. Kalau Anjar SMA, sedangkan adiknya SMP.
"Belajar yang bener lu, jangan ngebangor mulu!" tandas Anjar sambil menyodorkan punggung tangannya.
Gadis tanggung itu, Diandra Aulya Geniwara, mendecak sebal, kemudian dengan rasa terpaksa ia mencium punggung tangan kakaknya.
"Iye! Lu juga, kagak usah sengak-able kesemua orang."
"Dih, si Aulya-ngan sok nyeramahin gue."
"Aulya woy jan diplesetin etdah."
Anjar diam.
"Yauda, gua duluan yak?" tambah Aulya lalu berlari kecil ke dalam gedung bercat biru langit.
Dan Anjar sudah menjalankan kuda besinya menuju gedung SMANTARSEN yang bercat abu-abu terang.
***
"AAAWAAAAAAAAS!!!" teriak seorang gadis dengan tampilan urakan berlari di koridor kelas SPANTARSEN menyingkirkan dengan rusuh anak-anak yang menghalangi jalannya.
Ini masih pagi, pemirsa. Kenapa sudah ada yang buat gaduh saja?
"Si anjir!"
"Ati-ati dong!"
KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA BEING PLUVIOPHILE || ༺On Going༻
Teen Fiction🥇Highest Ranking : #1 Ombrophobia Ketika hujan adalah musuhmu namun salah satu penikmatnya adalah alasan degup sarkas itu. Hanya sebuah kisah sederhana beberapa insan manusia di masa putih abu-abu. Hujan, bola, aksara, raih cita, pendidikan dan sem...