22. MENGHAJAR HARSA🍃

57 36 75
                                    

Titik di mana saya tidak tahu apa kesalahan yang saya buat sampai harus kamu menjauh dan memberi jarak bentang lengkung samudera luas, yang menyulitkan kapal saya menuju dermaga sebuah rasa milik kamu, Nona.

🍃

🍃

🍃

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🍃

🍃

          Mentari pagi ini cukup terik, menyengat setiap hidup yang bergerak pada porosnya. Menusuk semua kulit dengan berbagai macam warna. Memoles panas di sekitar bagian tubuh manusia terutama wajah dan kepala.

Murid-murid SMANTARSEN tengah melakukan Upacara Bendera pada hari Senin seperti biasa. Kelas X-IPA 3 yang bertugas hari ini, menjadi Pembawa Bendera Merah-Putih, Pembaca Teks Undang-Undang Dasar 1945, Pembaca Doa, Pembawa Teks Pancasila, dan bergabung dengan Klub Paduan Suara Dirgantara⸺PADUSTARA untuk menyanyikan lagu-lagu nasional yang sudah ditetapkan.

Tenda darurat Organisasi Palang Merah Remaja SMANTARSEN juga sudah didirikan di belakang barisan para pelajar sekolah ini. Anggota organisasi tersebut juga tersebar ke seluruh penjuru, melihat dan mengawasi jika ada seseorang yang memang membutuhkan bantuan.

Ada yang berpura-pura sakit dan meminta untuk duduk di tenda darurat tapi langsung dihentikan oleh guru kejam yang piket pada hari ini. Pula ada yang bersungguh-sungguh tidak enak badan tetap memaksakan diri mengikuti upacara dengan hikmat. Berpikir, betapa tidak tahu dirinya kita jika hanya sakit sedikit meminta diperlakukan lebih daripada memikirkan para pejuang yang telah gugur demi kemerdekaan⸺demi leluasanya kita mengibarkan bendera kemenangan.

Huan, Anjar, Anin dan Salsa sudah ikut berbaris di barisan kelasnya⸺XI-IPA 1. Tepat di bagian belakang, area yang sering tidak terkena panas namun hari ini mereka salah. Cahaya si raja planet ini menguliti setiap insan Bumi Pertiwi, tidak pandang bulu.

"Hari ini kenapa dah? Panasnya ancur-ancuran! Gak betah gua, gerah banget pen nyebur empang! Ngaso di bawah pohon dondong sambil minum es cekek rasa jeruk! Buset, mantep bat itu," keluh Anjar sambil mengibas-ngibaskan rok panjang abu-abunya agar ada jalan udara yang menyejukkan kaki.

Huan malah sudah melepas topinya, mengikat semua rambut dan dijadikan gulungan. Tidak ada ikat setengah untuk mempermanis wajah. Bulir air yang keluar dari tubuhnya pun semakin deras.

Anin hanya diam saja, mau berkeluh kesah pun tidak ada gunanya. Panas akan tetap panas, dan Pembina Upacara tidak akan mempercepat amanah yang diberikan. Sedangkan Salsa hanya bisa diam dan memegangi perutnya. Wajahnya sedikit pucat dan kepalanya bersandar pada lengan atas Huan⸺bukan pundak, wanita yang tingginya membuat beberapa perempuan iri.

 OMBROPHOBIA BEING PLUVIOPHILE  ||  ༺On Going༻Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang