Saya menyerah semesta. Saya sudah suka dia ternyata. Tolong panjang umurkan rasa saya sama dia, ya. Tolong juga, bantu nona itu untuk rasakan hal yang sama.
🍃
🍃
🍃
🍃
"Happy weekend, Alea. How's your day, Cantik? Di sana menyenangkan sekali, ya? Kalau kabar aku di sini baik-baik aja dan akan selalu baik.""⸺Terus aku tadi gak sengaja ketemu nona konyol sebelum ke sini. Dia bilang, ketawa aku jelek," ucap Alan sambil membelai pusara Alea yang mengkilap dan tetap terawat.
Bunga lily dengan ukuran yang besar dan tidak kira-kira itu menutupi pusara Alea. Sesuai janji yang lalu, Alan harus menepati kata-katanya.
"Padahal, kata kamu ketawa aku yang paling bagus di dunia. Iya, kan?"
Alan tertawa pelan. Sekelebat ingatan tentang Alea yang memuji senyum, tawa dan paras Alan muncul kembali lalu setelahnya menampilkan wajah Huan yang melontarkan kalimat kebalikan dengan apa yang disampaikan oleh Alea.
"Huan seleranya jelek ternyata, Al. Tapi, kalau selera kamu bagus, tau mana yang ganteng."
Alan tersenyum dan mengeluarkan surat yang sering ia bawa kemana-mana itu.
"Aku jadi makin sering baca surat terakhir dari kamu semenjak aku beraniin diri ke sini. Aku masih kangen kamu, Al. Tapi, aku juga udah ikhlas mangkannya kamu sering datang. Aku jadi seneng banget. Senyum kamu bagus, kamu udah sehat banget di sana."
"⸺Oh, iya? Di sana ada salon, ya? Setiap kamu datang selalu dengan rambut yang sudah di-curly. Cantik, kamu makin cantik."
Alan menunduk dan mengigit bibir bawahnya, seperti malu-malu ungkapkan rasa pada seseorang. Telinga pria itu memerah, rona yang seharusnya menjalar di pipi tapi tidak dengan Alan. Jika salah tingkah, ronanya menjalar ke telinga.
"Alea, kamu ingat sama perempuan yang pernah aku ceritain?" tanya Alan dengan senyum yang tidak pernah luntur.
Alan menghembuskan napasnya berkali-kali. "Huan ... si gadis konyol itu. Yang tadi gak sengaja ketemu."
"Aku mau jujur sama kamu, mau jujur kalau aku kayaknya itu ... Aduh aku malu mau bilangnya, hehe~"
Alan tertawa canggung. Kemudian menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskan pelan-pelan.
"Aku kayaknya udah suka sama ... eum, si nona konyol itu, gimana menurut kamu, Al?" tanya Alan terdengar excited sekali karena mengungkapkan rasa pada sahabatnya yang jauh di sana. "Kasih tanggapan, ya. Aku tunggu."
KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA BEING PLUVIOPHILE || ༺On Going༻
Teen Fiction🥇Highest Ranking : #1 Ombrophobia Ketika hujan adalah musuhmu namun salah satu penikmatnya adalah alasan degup sarkas itu. Hanya sebuah kisah sederhana beberapa insan manusia di masa putih abu-abu. Hujan, bola, aksara, raih cita, pendidikan dan sem...