Puan dan diam adalah sebuah medan magnet yang menarik gravitasi seorang pria untuk mendekatinya.
🍃
🍃
🍃
🍃
Acara kegiatan ulang tahun sekolah masih terus berlangsung, jam juga masih menunjukkan belum tengah hari. Di cuaca yang cerah dan benderang ini, banyak insan yang mengalami berbagai pergolakan. Tidak sama satu dengan yang lain.
Tawa ceria menghias angkasa, gerutu sebal selubungi dunia, pekik amarah terkadang kontras dengan deru angin. Berbagai macam perasaan terus isi banyaknya kepala manusia yang ada di bumi ini.
Pun ada yang badannya serasa remuk redam, tapi wajah sumringah tercetak jelas di sana. Merepotkan memang memiliki kesukaan yang membawa lelah tapi disaat yang bersamaan dada membuncah bahagia.
Salah satu manusia itu adalah Salsa yang kini tengah beristirahat di pendopo taman belakang sekolah. Masih lengkap dengan pakaian tari, duduk berselonjor memijat betisnya sendiri yang terasa pegal bukan main. Ada beberapa luka lecet juga tampak di atas kulit punggung kakinya.
Huan dan Anjar juga tadi ada bersama dengan Salsa, tapi mereka memutuskan untuk ke kantin membeli makanan demi perut masing-masing anak manusia ini agar tidak merasa tidak diperhatikan. Mereka lapar, Salsa apalagi.
Salsa mulai menempelkan beberapa plester luka pada lecet yang menghampiri kedua punggung kakinya, terlalu berusaha keras dan memaksakan diri agar tampil sempurna. Sakit dan terluka pun tidak dihirau sebelum usainya sebuah jalan.
Salsa meringis, saat tangannya tidak sengaja menyentuh terlalu kasar luka lecet tersebut. Kemudian, memijat betis dan memukul-mukul pahanya agar apa yang dirasakan tidak nyaman berangsur membaik.
Selagi menunggu kedua sahabatnya, Salsa mengambil pouch berukuran sedang berisi make-up miliknya. Mengeluarkan cleanser water dan kapas untuk membersihkan wajah dari pewarna yang melekat indah di dataran jelitanya.
"Pinggang gue juga pegel banget, ini mah bukan pinggang remaja tapi pinggang lansia," keluh Salsa sambil melihat ke arah cermin kecil yang ia letakkan di atas meja.
Saat sedang asik dengan benak sendiri dengan terus mempoles muka agar bersih, tiba-tiba ada sebuah kresek hitam mendarat mulus di meja yang ia pakai untuk meletakan semua peralatan pribadi.
Kresek hitam itu memiliki tuan dan sang empu duduk bersila, mengambil makanan yang ada di dalam plastik. Membuka lalu menyantap tanpa sepatah katapun.
Ada cilok, ada telur gulung, ada martabak manis mini dan 2 buah gelas plastik es teh jumbo rasa original.
Salsa melihat dan memperhatikan orang tersebut makan dengan tenang, alisnya menyatu bingung. Tubuh orang itu terbalut baju khas Jawa Barat, Bedahan berwarna hitam. Tampak bagus dan menawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
OMBROPHOBIA BEING PLUVIOPHILE || ༺On Going༻
Teen Fiction🥇Highest Ranking : #1 Ombrophobia Ketika hujan adalah musuhmu namun salah satu penikmatnya adalah alasan degup sarkas itu. Hanya sebuah kisah sederhana beberapa insan manusia di masa putih abu-abu. Hujan, bola, aksara, raih cita, pendidikan dan sem...