Bab 27 [Rahasia?]

728 54 0
                                        

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Tunggal jadi tidak fokus setelah melihat sosok yang mirip dengan Banyu, entah kenapa hatinya tidak bisa tenang, meski otaknya mengatakan jika itu hanya mirip.

"Kenapa jadi murung gini?" tanya Zidan

"Gak papa kok, tadi gue kayaknya lihat temen gue," jawab Tunggal.

Tunggal tidak menyadari jika sejak tadi wajahnya murung, bahkan sampai di tegur oleh Zidan, Tunggal jadi merasa tidak enak hati.

"Pasti sama cewek yah," tebak Zidan.

Tunggal yang mendengarnya juga kaget, kenapa Zidan bisa tau jika Banyu dengan seorang gadis. Apakah tadi Zidan juga melihat Banyu juga?

"Lo ada lihat?" tanya Tunggal cepat, setidaknya jika Zidan melihat dia bisa mengkonfirmasi apakah tadi Banyu atau bukan.

Zidan menggeleng. "Ya enggak lah, tempat ini kan cocok buat kencan sama nongkrong," jelas Zidan.

"Owh gitu," balas Tunggal.

Mendengar penjelasan Zidan, Tunggal jadi tidak bisa berpikiran positif. Apalagi sifat Banyu yang akhir-akhir ini berubah dan membuat Tunggal overthinking. Tunggal memilih untuk pulang saja, suasana hatinya buruk jadi percuma saja dia disini.

"Gue balik dulu yah," pamit Tunggal

"Ayo aku anter balik ke kost," tawar Zidan

"Gue balik sendiri aja lah," tolak Tunggal, tidak enak hati. Rumah Zidan berlawan arah dari kost nya.

"Jangan lah, gue anterin aja lagian aku juga ada urusan di deket situ," Zidan masih membujuk Tunggal agar di antarkan pulang.

Zidan melihat jika Tunggal sedang tidak baik-baik saja, jadi dia memilih untuk mengantarkan pulang takutnya nanti terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Malam-malam begini pulang sendirian dengan keadaan kacau itu berbahaya.

"Oke lah," Tunggal akhirnya setuju.

Mereka berjalan beriringan ke parkiran, saat Tunggal menunggu Zidan mengeluarkan motor, dia tidak sengaja melihat sosok yang mirip Banyu. Tunggal sedikit mendekat untuk memastikan apakah itu Banyu atau bukan.

"Dista jangan buat mancing emosi ku, kita pulang sekarang."

"Gak mau Bay, aku masih pengen disini."

Tunggal melihat keduanya cekcok dari jarak aman, meski ingin menghampiri mereka untuk memastikan itu Banyu atau bukan, tapi setelah di pikir lagi nantinya dia di kira ikut campur jika ternyata orang lain.

"Itu bukan Banyu kayaknya, Banyu gak mungkin sekasar itu," kata Tunggal berusaha menyakinkan dirinya.

Pemuda tadi bersiap kasar dan suka membentak, jelas beda sekali dengan Banyu yang Tunggal kenal lembut dan perhatian. Tidak ingin terlalu lama menguping Tunggal memilih untuk pergi, tapi terdengar bentakan lagu dari arah pasangan tadi.

"Mas Tunggal ada disini jadi ayo kita pulang!" pemuda yang Tunggal kira Banyu itu membentak perempuan di depannya

Tunggal yang sudah menoleh kebelakang, ternyata memang benar jika sosok tadi itu Banyu. Yang jadi pertanyaan Tunggal, siapa sosok perempuan yang bersamanya. Tunggal tidak bisa melihat wajahnya karena membelakanginya padahal dia penasaran sekali dengan sosok Dista ini.

"Tunggal ayo." Tunggal berbalik saat mendengar panggilan Zidan.

Tunggal memilih untuk pergi saja. Sejujurnya dia penasaran, kenapa Banyu tidak ingin Tunggal bertemu dengan perempuan yang sekarang ini bersamanya. Apa yang Banyu sembunyikan darinya, padahal Banyu sendiri yang bilang untuk saling terbuka.

Kota istimewa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang