Bab 11 [Terciduk]

239 30 0
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Tunggal tengah menyuapi Banyu nasi Padang, sejak pulang kuliah pemuda ini belum beranjak dari tempatnya. Pemuda itu tengah berfokus untuk mengerjakan bab pertama dari skripsi, Tunggal jelas tau betapa susahnya menentukan judul dan sumber penelitian untuk skripsi.

Banyu dari pagi sibuk membaca beberapa jurnal sampai tidak sempat makan siang, mungkin jika Tunggal tidak membeli nasi Padang dan menyuapinya makan Banyu tidak akan makan. Tunggal sudah mengingatkan jika berhenti untuk makan dan istirahat sebentar.

"Jangan terlalu di paksa, lo udah cukup belajarnya," setelah mengatakan ini, Tunggal menutup sedikit laptop Banyu.

"Mas capek banget," Banyu merengek ke Tunggal.

"Duduk sini ngadep ke gue biar gampang gue suapin lo nya" Tunggal tidak sadar saat mengatakan ini.

Padahal Banyu sudah tidak lagi mengetik di laptopnya, tapi dia masih tetap menyuapi sisa nasi Padang yang baru dimakan setengah. Banyu juga dengan senang hati menerima setiap suapan yang Tunggal berikan.

"Dih manja banget sih, udah gede juga makan minta di suapin" Robby yang baru pulang langsung mencibir Banyu.

"Iri bilang bos, emang cuma aku yang paling disayang mas Tunggal" Banyu mengatakannya dengan bangga, bahkan wajahnya menunjukkan kesombongan yang jelas.

Tunggal yang menyadari kesalahannya langsung memberikan nasi Padang dan memintanya untuk makan sendiri. Malu sekali Tunggal, kenapa juga dia tetap menyuapi Banyu padahal dia sudah tidak sibuk mengetik lagi. Karena malu Tunggal memilih untuk pergi ke kamarnya.

Dikamar Tunggal berguling-guling di kasur, dia menyesali tingkahnya yang menyuapi Banyu dan di lihat Robby. Pasti setelah ini dia akan diolok-olok, Tunggal ingin sekali menyalahkan Banyu yang malah menerima suapannya tanpa rasa bersalah.

"Argh sialan gue malu banget" untuk meredam suara teriakannya Tunggal menutup wajahnya dengan bantal.

Wajahnya benar-benar memerah selain sesak karena bantal yang menutupi wajahnya, rasa malu membuat wajahnya memerah bahkan sampai leher. Ingin sekali mencari lubang untuk bersembunyi dari penghuni kost lainnya.

Tunggal terbiasa dengan tingkah manja Banyu hingga terkadang terbawa suasana. Tunggal benar-benar malu jika terlihat terlalu memanjakan Banyu jika ada orang lain. Rasanya sangat memalukan jika orang lain mengetahuinya.

Apalagi jika itu penghuni kost yang agak lain, Wisnu, Dimas dan Robby pasti akan menggodanya habis-habisan jika tau dia memanjakan Banyu. Mereka suka sekali menggoda jika dia seperti pacar Banyu, tidak ada yang salah memang karena itu hanya candaan tapi hatinya tidak bisa diajak bercanda.

Setiap mendengar godaan mereka jantungnya akan berdetak kencang, Tunggal benar-benar tidak bisa menerima ini. Terkadang dia merasa berbunga-bunga karena perhatian kecil yang Banyu berikan. Tunggal masih tidak bisa menerima jika dia harus jadi gay, dia tidak siap dengan semua resiko yang di timbulkan dadi keputusannya.

"Tunggal jangan jadi gila, lo harus tetap waras inget melon-melon gede yang kenyal itu" saat mengatakan ini Tunggal menepuk pipinya.

Dia tidak boleh terpengaruh dengan penghuni kost yang aneh, jangan sampai dia berganti dari suka melon kenyal jadi timun jepang yang panjang dan berurat. Tapi meski sudah menyakinkan dirinya Tunggal masih meragukan orientasi seksualnya.

"Gue harus pastiin kalo gue emang masih lurus" setelah mengatakan ini Tunggal langsung mencari laptopnya dan menonton film porno.

Masih awal dan suara desahan perempuan langsung memenuhi indra pendengaran Tunggal. Awalnya dia mungkin bersemangat tapi saat mencapai pertengahan film dia merasa jika suara desahan itu cukup menggangu dan tidak menggairahkan.

"Kenapa jadi gini sih, berisik banget ceweknya" Tunggal menggerutu kesal, mencari film lain tapi tetap saja dia masih merasa jika desahan perempuan itu berisik.

Terlintas pemikiran gila di otaknya, kenapa dia tidak mencoba untuk menonton film sesama jenis. Sekedar memastikan apakah seleranya benar-benar berubah atau memang karena perempuan dalam film sebelumnya terlalu berisik.

Tunggal menjadi film porno sesama jenis, tidak sulit karena memang banyak macam film porno mulai dari yang lawan jenis, gay dan lesbian. Semuanya ada hanya mencocokkan mana yang sesuai selera.

"Ih mereka gak geli apa ya saling remes titit kayak gitu" Tunggal mengerutkan keningnya saat melihat dua pria saling mengocok penis masing-masing.

Tunggal mungkin merasa aneh di awal tapi semakin lama menonton dia sudah terbiasa dan mungkin tertarik. Suara pria yang tengah di tusuk lubang analnya terdengar tidak terlalu berisik seperti perempuan di film sebelumnya.

Meski juga mendesah tapi bukan suara cempreng dan melengking yang membuat telinga sakit, desahan pria itu cukup terdengar berat dan kadang juga berteriak saat pria yang menusuknya bergerak liar dengan memasukkan penisnya lebih dalam.

Ada satu hal yang terlintas di pikiran Tunggal, apalah di tusuk seperti itu tidak sakit. Ayolah kita saja akan merasa kesakitan jika bab keras kan, apalagi ini penis berukuran panjang dengan diameter yang tidak kecil.

"Anjir masih pake alat juga" Tunggal mengumpat karena terkejut, di pertengahan film ternyata pria yang lebih dominan menggunakan toys sex.

Tunggal sedikit ngilu saat dildo dengan ukuran besar itu masuk dengan perlahan ke lubang anal. Terdengar rintihan bercampur dengan desahan saat dildo berwarna hitam itu bergerak keluar masuk dengan cepat.

Terlalu fokus dengan film porno yang di lihatnya Tunggal tidak sadar jika ada Banyu yang berdiri di ambang pintu. Banyu sudah mengetuk dan memanggil Tunggal sejak tadi tapi tidak ada jawaban, takut Tunggal marah karena bercandaan tadi.

"Mas?" Banyu memanggil Tunggal.

Tunggal langsung menutup laptopnya, dia panik saat ketahuan menonton film porno. Bukan hal yang aneh memang untuk laki-laki seperti mereka, tapi yang jadi masalah film yang di tonton nya ini gay. Bagaimana jika Banyu mengira dia gay dan berpikir jika tingkahnya selama ini karena dia ingin mendekati Banyu.

"Mas, kenapa malah diem aja" Banyu memanggil Tunggal yang malah diam saja.

"Ini gak kayak yang lo pikir kok" Tunggal menjelaskan dengan panik.

"Apaan sih mas, lagian wajar aja buat lihat kayak gini"

"Tapi yang gue lihat bukan bokep biasa" Tunggal berkata dengan lirih.

"Hah emang apa masalahnya itu cuma bokep, lagian siapa yang gak akan sange kalo lihat orang ngewe" Banyu menjelaskan dengan santai seakan ini bukan hal yang mengejutkan sama sekali.

"Lo gak mikir aneh-aneh ke gue?" Tunggal bertanya. Kenapa Banyu bersikap santai seperti ini.

"Mikir kalo mas gay?"

Tunggal mengangguk, memangnya apa lagi yang bisa di pikirkan jika kamu melihat seorang pria yang melihat film porno sesama jenis. Tidak mungkin jika mereka iseng kan, jelas jika mereka pasti gay. Dan tingkahnya yang selama ini bisa jadi alasan Banyu memikir jika dia gay.

"Mas, aku gak mikir gimana-gimana lagian itu bukan urusan lu. Mau mas melakukan apapun selama itu gak mengganggu dan merugikan aku, itu bukan masalah," Banyu mengatakan ini agar Tunggal paham jika dia bukan tipe orang yang suka mengurusi urusan orang lain.

"Kalo gue gay dan suka godain lo gimana?" Entah apa yang merasuki Tunggal hingga mengatakan hal ini.

"Kalo gitu berati mas harus tanggungjawab buat jadi pacar aku," Banyu mengatakan ini dengan nada serius.

Tunggal melotot kaget, apa-apaan dengan jawaban Banyu itu. Kenapa dia malah ingin dia jadi pacarnya, meski itu hanya bercanda tapi ini benar-benar tidak tepat waktunya. Tunggal tengah bertanya dengan serius, bagaimana jika dia benar-benar gay dan suka dengan Banyu.

###

TBC

Malu banget kalo jadi Tunggal, ketauan nonton bokep mana bokep gay pula.

Kota istimewa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang