Bab 21 [Manja]

192 23 4
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Tunggal membawa semangkuk bubur ayam untuk Banyu. Keadaan pemuda itu sudah membaik meski masih merasa pusing dan pilek.

"Makan dulu," titah Tunggal.

"Suapin mas," pinta Banyu dengan walah memelas.

Wajah Banyu terlihat menyedihkan karena tampak kuyu. Hidungnya yang terus mengeluarkan ingus, belum lagi matanya yang terlihat berair seakan ingin menangis.

"Udah tau kalo abis kehujanan suka sakit, jadi lain kalo kalo hujan neduh aja," omel Tunggal.

Meski begitu dia tetap menyuapi Banyu, tidak tega juga Tunggal melihat Banyu yang menyedihkan seperti ini.

"Iya janji gak akan di ulangi lagi, cukup sekali ini aja," balas Banyu, suaranya serak karena efek pilek.

"Janji yah, awas kalo lo sampai ingkar," kata Tunggal.

Banyu mengangguk dan menyodorkan jari kelingkingnya. "Aku janji gak akan buat mas khawatir," kata Banyu.

Tunggal mengaitkan jari kelingking mereka seperti anak-anak yang membuat pinky promise. Sedikit kekanak-kanakan tapi Tunggal suka, dia tersenyum tipis menatap jari mereka yang bertaut.

Setelah makan Banyu masih berbaring di ranjang sambil memeluk Tunggal, dia jadi lebih manja dan suka menempel dengan Tunggal saat sakit.

"Minggir bentar Bay gue mau ke kamar mandi," kata Tunggal.

Tunggal mencoba untuk melepaskan tangan dan kaki Banyu yang membelitnya seperti tentakel gurita.

"Aku ikut mas," balas Banyu.

Tunggal mengabaikan Banyu yang berjalan di belakangnya seperti anak ayam, saat akan masuk ke kamar mandi Tunggal dengan cepat menutup pintunya.

"Ngapain berdiri di depan pintu kamar mandi?" tanya Dimas yang lewat.

"Nunggu mas Tunggal," balas Banyu.

Dimas hanya mengangguk. "Kasih tau mas Tunggal nasinya udah aku beli," kata Dimas.

Banyu hanya mengangguk, dia masih menunggu Tunggal keluar dari kamar mandi. Begitu Tunggal membuka pintu, Banyu langsung memeluknya.

"Lepasin weh gue jadi susah jalan ini," kata Tunggal.

Postur tubuhnya lebih kecil dari Banyu, jadi cukup kesulitan saat Banyu menumpukan setengah badannya ke tubuh Tunggal.

Banyu menggeleng. "Gak mau, aku pengen peluk mas terus," gumamnya.

Dia memilih membenamkan wajahnya di leher Tunggal, menghirup aroma sabun yang bercampur dengan aroma Tunggal sendiri. Banyu menyukainya, setiap dia menghirup aromanya perasaan tenang langsung menyelimuti hatinya.

"Gue pengen duduk jadi lepas dulu," kata Tunggal.

Tunggal berusaha melepaskan pelukan Banyu, tadi di kamar mandi dia mendengar jika Dimas sudah membelikannya nasi, Tunggal sudah lapar jadi dia ingin makan dulu, sebelum mengembalikan Banyu ke kamarnya.

"Aku pangku aja mas," balas Banyu.

"Suka-suka lo dah Bay," kata Tunggal.

Dia sendiri sudah pasrah. Tunggal duduk di pangkuan Banyu sambil memakan nasinya, Tunggal sudah menyerah untuk melepaskan koala alaska ini dari tubuhnya.

Banyu sendiri menikmati posisi ini, selain bisa lebih leluasa untuk memeluk Tunggal, dia juga bisa dengan mudah memberikan kecupan atau mengendus aroma sabun yang Tunggal pakai.

Kota istimewa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang