bab 7 [Pinus Pengger]

199 33 0
                                    

halo semuanya, selamat membaca cerita abal-abal ini ya semoga kalian suka. Jangan lupa vote dan komen

happy reading

###

Tunggal turun dari motor, merenggangkan tubuhnya sebentar. Udara yang bebas polusi dan segar memenuhi paru-parunya, rasanya menenangkan bisa menikmati keindahan alam.

"Sampai juga akhirnya, pegel gak mas?" Banyu bertanya ke Tunggal, perjalanan kali ini memakan waktu lama.

"Lumayan capek sih, tapi rasanya puas banget bisa lihat pemandangan disini," jawab Tunggal.

Tunggal menyukai suasana asri,banyak pohon pinus yang menjulang tinggi membuat cuaca tidak terasa panas.

"Aku bantu bawa tasnya, mas kalo mau foto-foto." Banyu mengambil tas ransel yang Tunggal bawa, barang bawaan Banyu tidak banyak dan di titipkan ke Dimas.

Tunggal berterimakasih, dia mulai fokus untuk mengambil foto. Keindahan alam seperti ini jangan sampai dilewatkan, Tunggal mengambil beberapa foto Banyu dan anak-anak lain.

Rasanya benar-benar berbeda dari biasanya, meski di Jakarta dia juga sering nongkrong tapi hanya sebatas di kafe, restoran atau mall. Teman-temannya sibuk dengan kegiatan masing-masing jadi cukup sulit untuk bisa berlibur bersama seperti ini.

Tunggal suka dengan keramahan Banyu dan teman-temannya, hal seperti ini akan jarang di rasakan di Jakarta yang orangnya cenderung individualis. Jangankan mengajak berkenalan dengan penghuni kost baru, mereka pasti tidak akan sadar jika ada penghuni baru.

Setelah sampai beberapa orang mulai merapikan tenda untuk camping, ada juga yang mulai menyiapkan pelayanan untuk barbeque. Disaat yang lain sibuk Banyu tengah duduk di kursi sambil memainkan gitar.

Tunggal sengaja mengambil fotonya, dari sudut pandangan Banyu benar-benar terlihat keren. Jika foto ini di unggah di sosial media pasti masuk jajaran foto estetik yang dimiliki.

"Cakep juga Banyu kalo di lihat-lihat." gumam Tunggal.

Dia baru menyadari jika Banyu cukup tampan.

Tunggal melihat lagi foto yang sudah diambilnya, dilihat dari sudut manapun Banyu terlihat tampan. Sepertinya dia memang tipe orang yang fotogenik, di ambil dari sudut manapun dan gaya apapun akan terlihat bagus.

Beralih ke tempat lain Tunggal mendapatkan banyak foto yang bagus, Tunggal berencana untuk mengeditnya saat sampai di kost dan memposting nya di sosial media. Saat kembali ke tempat camping semuanya sudah siap dan ada yang mulai membakar sosis dan ayam.

"Ada yang bisa gue bantu?" tanya Tunggal

dia merasa tidak enak jika hanya duduk diam tanpa membantu.

"Mas bisa bantuin Banyu buat bakat ayam," balas Banyu.

Tunggal mengangguk dan menaruh kameranya.

Tunggal menghampiri Banyu yang tengah memanggang sayap dan paha ayam. Karena sudah diberikan bumbu marinasi sebelumnya ayam ini hanya perlu di panggang dan di olesi dengan bumbu bakaran.

"Mas bantuin oles bumbu aja" Banyu memberikan kuas yang digunakan untuk mengoleskan bumbu.

Banyu takut jika Tunggal tidak sengaja terkena panas pemanggang jadi dia sengaja memberikan tugas yang gampang, ayam yang baru saja di taruh di panggangan biasanya akan memercikkan minyak akan sakit jika terkena kulit. Belum lagi saat membalik ayamnya tangan akan langsung terpapar panasnya api pemanggang.

"Ini kita gak bawa roti atau kentang buat karbo nya?" Tunggal bertanya saat dia hanya melihat ayam dan sosis yang di panggang.

"Tenang aja mas kita bawa nasi." Wisnu mengeluarkan beberapa bungkus nasi yang dibelinya.

Kota istimewa Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang