TM 6. Perebutan

31 3 0
                                    

Hallo yorobun! Happy Reading 💜

'
Libea yang telah menyelesaikan kegiatan makannya terdiam sibuk dengan ponsel. Ia begitu asik mengamati foto foto BTS yang dikirimkan oleh sahabatnya, Nacha.

"Lo nggak mau istirahat lagi Lie?" Libea mendengus.

Ia sebenarnya cukup kesal dengan pemuda satu ini. Tidak bisakah seorang Jaldrean peka sedikit? Peka jika Libea merasa risih dengan kehadirannya.

"Lo ngapain masih disini sih? Gue udah sembuh, udah nggak sekarat lagi." Ketusnya.

"Y-ya gimana, gue juga mau nemenin lo. Kan kita berdua juga udah bolos kuliah bareng." Celetuk Jaldrean enteng.

"Kalau gue jelas pingsan tadi. Lah lo? Harusnya lo balik aja sono ke kelas. Apalagi masih belum abis nih jam nya," Jaldrean mengangkat ke dua bahunya acuh.

Ia saat ini justru sibuk berbaring di brankar menatap langit langit ruang kesehatan yang sekelilingnya sedikit tertutup tirai.

"Ah masabodoh sama lo, gue mau cabut." Libea bangkit mengambil tas dan memakai sepatunya secara asal.

"Heh mau kemana lo?" pria ini dengan cepat bangkit menyusul Libea yang sudah pergi duluan membawa nampan berisi piring juga gelas.

"Lo mau kemana sih batu?"

Libea tersenyum singkat tidak lupa mengucapkan terimakasih pada petugas kesehatan tersebut. Ia juga berlalu begitu saja mengabaikan Jaldrean yang sibuk mengejarnya.

"Huh, apasih lo?" Libea menghentikan kakinya saat raja bullying tersebut menarik tasnya dengan kuat.

"Lo yang apa? Udah tau sakit bukannya istirahat malah ngacir pergi." Omelnnya.

"Terserah gue lah. Kenapa lo yang ribet sih?" Jaldrean terdiam begitu sadar.

"Oh gue tau. Lo nggak ikhlas kan nolongin gue? Oke, berapa yang lo mau? Sini gue bayar!" sambung Libea cepat.

"Gue nggak butuh duit lo. Ehm, lo-,"

"Lo mau bolos kuliah?" pria ini sedikit memalingkan wajahnya.

Bila diperhatikan lebih jelas, ke dua telinganya nampak memerah menahan malu. Entah karena apa.

"Lo kira dijam sekarang masih diterima gitu sama dosen?" dengan polos pria yang memiliki tinggi 170 cm itu menggeleng.

"Jadi buat apa gue diem di kampus, terlebih ada lo. Eneg tau!" Libea hendak kembali berjalan.

"Lo mau pulang? Gue anterin ya?" mendengar celetukan pria berandal itu, seketika membuat Libea mengingat sesuatu.

Ia pun tertawa pelan, "Ogah, nanti disangkanya gue jadi simpanan lo."

"Sorry buat yang kemarin kemarin. Kali ini gue serius. Lo mau pulang kan? Sama gue aja, kos lo kayaknya juga searah sama gue."

"Makasih buat tawaran lo. Tapi sayangnya gue nggak pulang ke kos tuh. Gue anak sibuk jadi ada kerjaan, gue duluan." Libea yang tidak mau semakin berurusan dengan Jaldrean memilih untuk segera meningalkan pria itu.

Ia tau mungkin ini sedikit kurang sopan, karena Jaldrean lah yang menolongnya tadi. Namun apa boleh buat, hati Libea terlanjur diliputi rasa jengkel.

Ia pun terus berjalan menyusuri koridor yang diapit taman taman segar tanpa menyadari tatapan rumit yang dilayangkan oleh Jaldrean.

Gadis ini begitu acuh, ia hanya berfokus pada pikirannya. Bekerja, istirahat dan BTS.

Brughhh...

"Eh," Libea yang hendak terjungkal ke belakang dengan cepat ditarik seseorang, membuatnya hampir saja masuk dalam pelukan maskulin tersebut.

"Libea? Kamu Libea kan?" gadis yang masih sedikit syok itu pun mendongak. Sepertinya saat ini ia harus mulai beraut sadis.

"Kok ada disini? Nggak ada kelas Lie?" Libea terdiam memikirkan jawaban yang tepat.

"Oh, udah Kak. Kakak sendiri lagi apa disini?"

"Aku lagi ngurusin rapat kecil. Jadi, kamu udah mau pulang Lie?" tanyanya berusaha mencari kesempatan.

"Permisi-permisi, jalan umum!"  Jaldrean entah bagaimana dengan tampang datarnya menyela di antara Libea dan Raven.

Bahkan pria itu dengan sengaja membuat tautan tangan Raven di pergelangan Libea terlepas.

"Sepertinya Kak Raven sibuk. Kalau begitu aku permisi dulu Kak, mari." Libea menunduk sopan berlalu pergi meninggalkan dua insan tidak jelas tersebut.

"Kalau mau modus jangan ke Libea Bro, dia itu ketus."

"Lo! Lo siapa dan ngapain ikut campur?" Raven menatap jengkel pada pemuda yang masih berdiri songong di dekatnya.

"Gue? Kenalin Bro, temen deketnya Libea." Jaldrean dengan wajah sombongnya menyodorkan tangan miliknya.

Raven yang tidak terima langsung menyambut uluran tangan tersebut dengan kuat. Ia juga sedikit tersenyum smirk.

"Kenalin juga, gue calon suaminya." Balas Raven setengah mengejek.

Beruntung sang empu yang tengah diperbincangkan sudah pergi terlebih dahulu. Bila tidak, jelas dua manusia tidak berguna ini akan semakin memancing amarah seorang Libea.

Gadis manis dengan wajah pucatnya yang sedang asik menyusuri jalan jalan kecil untuk sampai di tempat kerjanya yang hanya berjarak 800 meter dari kampus Tasaneruth.

Tentunya dengan semangat yang membara, mengingat hari ini adalah hari gajian. Libea akan menerima sejumlah uang sebagai penyokong biaya hidupnya.

"Semangat Libea, bentar lagi Nacha pulang kok!" batinnya berusaha membuat sugesti menyenangkan.

Dengan kehadiran temannya ini, Libea mungkin akan merasa tenang. Pria bullying Jaldrean tentu tidak akan berani mengganggunya dan untuk kak Raven sendiri Libea yakin bisa menghindari nya.

Jadi sekarang marilah bekerja dengan hati yang baik.

Begitu tiba di toko nyonya Ale, Libea langsung mengerjakan tugasnya membuat 10 buket fresh flower.

"Halo semuanya," ibu ibu modis di usia setengah baya itu datang sembari membawa dua box kue.

"Ini ada sedikit camilan, dimakan ya! Oh ya, jangan lupa cek rekening kalian. Gaji plus bonus," semua bersorak terimakasih tidak terkecuali Libea.

•••••
Next Story Cintah

Budayakan sabar, setelah ini pasti ada duk duk duarr nyaa!! Mau lebih dapet lagi? Stay tune tanggal 1 Agustus bakal ada Tamat PDF untuk The Moonlight Suga BTS. 35 part dengan harga 15k ribu kalian udah bisa semakin haluu. Stay tune sayangkuu borahaee💜

The Moonlight || SUGA BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang