TM 24. Tuntutan Suga

14 1 2
                                    

Hallo yorobun! Happy Reading 💜

'
Pikiran yang berkecamuk membuat Libea tidak begitu fokus akan kerjaan nya.

Bukankah hal lucu jika ja tiba-tiba saja bertemu dengan teman turis yang aneh dan mendadak membicarakan tentang kekasih? Tapi sepertinya hanya Libea saja yang terlalu mengambil pusing candaan ini.

Namun, mengapa ia bisa mengiyakan ajakan main pria yang bernama Turo itu?

Bahkan dirinya juga sama sekali tidak keluar biaya. Apa memang semua turis sebaik itu?

"Huh entahlah," gumannya lelah memusingkan hal tersebut. Hatinya memang tidak bisa ditebak.

"Yang penting pria itu nggak merusak hidup ku untuk saat ini, jadi aman lah." Putusnya kemudian.

Libea kembali fokus bekerja. Akan tetapi, hal ini tidak berlangsung lama. Kabar mengenai Suga kembali membuat Libea merasa kesal.

"Awh!" pekiknya dan dengan cepat langsung menarik tangannya.

Ia melihat jari tengah tangan kiri nya mulai mengeluarkan darah memanjang, sesuai garis sobekan.

Ia tidak sengaja terkena cutter saat memotong kertas cellophane.

"Lie? Ada apa Lie?" Derian yang paling dekat posisinya segera menghampiri Libea saat mendengar pekikan gadis tersebut.

"Astaga! Tangan mu terluka! Bagaimana bisa kamu seceroboh ini, Lie?" Derian langsung menyeret gadis yang kesadarannya baru kembali itu, menuju wastafel di bagian belakang.

"Kamu kerja sambil melamun ya?" Libea terdiam melihat tangan nya yang sedang dialiri air oleh temannya.

"Tunggu sebentar!" Derian balik ke dalam mencari kotak penyimpanan obat.

Hari ini di toko hanya ada Libea dan Derian, karena Thany dan nyonya Ale sudah bekerja di pagi hari tadi.

"Sini tangan mu," Derian kembali dengan perkakas obat-obatan.

Pria baik hati ini dengan lembut mulai meneteskan antiseptik pada luka Libea. Dilanjut dengan pemberian kain kasa lalu direkatkan sedemikian rupa menggunakan perekat kesehatan.

"Lain kali hati-hati Lie. Ini jangan lupa dirawat juga," Derian menyentuh luka tersebut dengan pelan.

Libea sedikit tersenyum, "Makasih Der," pria gemulai tersebut mengangguk dan kembali ke depan, bekerja.

Pesanan mereka masih banyak yang belum terselesaikan.

Libea sendiri saat ini tengah membuat buket uang. Total sudah ada empat buket yang ia selesaikan dan masih memiliki tanggungan tiga lagi.

"Semangat!" Libea mengepalkan tangan nya dan mulia merangkai buket nya kembali.

Hingga tanpa terasa tepat pukul sembilan lebih sepuluh menit, Libea baru saja merampungkan pekerjaan nya.

"Derian, punya mu sudah kah?' Derian datang dengan alat di tangan nya.

" Udah kok, baru aja aku masukin ke belakang." Derian, spesialis papan karangan bunga.

Setelah membereskan dan membersihkan toko juga alat-alat, mereka pun lekas pulang.

Derian yang naik sepeda motornya melaju ke arah yang berlawanan dengan Libea.

"Haruskah aku juga membeli sepeda seperti Derian?" tiba-tiba saja terlintas di benak Libea.

"Alah buat apa juga? Kan aku nggak selamanya di Indonesia sini," sambungnya yang teringat dengan cita cita.

Bukan, bukan cita cita. Lebih tepatnya jalan menuju masa depan, dimana Libea akan mendapatkan kehidupan yang lebih baik dan memulai semuanya dari awal.

Luar negeri, hanya itu yang terlintas dalam pikirannya.

"Tumben malem ini dingin banget," Libea melipat ke dua tangan nya di dada.

Ia mulai berjalan melewati jalan besar hingga ruko-ruko. Setelah minimarket, tidak begitu jauh lagi dari kos nya.

"Libea,"

Dirinya menoleh kesana kemari dan akhirnya bersitatap dengan pria yang mulai berjalan ke arahnya.

•••••
Next Story Cintah

Hay dearr untuk lanjut nya di part pdf tamat ya, cukup Rp. 15.000 saja

The Moonlight || SUGA BTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang