ELEVEN

130 24 5
                                    

Disclaimer:

All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.

***

Perkantoran milik keluarga Limawan ini ramai seperti biasanya. Tentu saja kehadiran perempuan yang terlihat sempurna dengan celana high waist yang menunjukkan pinggang rampingnya, kemeja berwarna abu-abu dan Birkin berwarna Lilac yang terlihat manis di tangannya itu sangat mencolok di mata pekerja disana.

Siapapun bisa menebak bahwa perempuan ini adalah Nara Darsono, istri dari Taksa. Wajahnya yang muncul di media sejak beberapa bulan yang lalu mulai dari kasus ayahnya sebagai pembunuh, kemudian kemunculannya di media dalam pose romantis dengan Taksa, pernikahan hingga berita masuknya Nara ke dunia politik. Tidak mudah untuk melupakan wajahnya, terlebih ketika menyadari Nara adalah istri dari seorang Taksa Julien Limawan.

"Saya ingin bertemu.."

"Bapak Taksa ada di atas. Mari saya antarkan, Ibu Nara." Ucap salah satu penerima tamu yang dengan sigap menyambutnya. Nara tersenyum dan mengikuti langkah perempuan itu.

Ketika ia menyentuh lantai teratas, dan menemukan ruangan pria itu. Ia menyadari pria itu berkutat dengan pekerjaannya sebagai seorang venture capitalist, dengan berbagai laporan yang ada di mejanya.

"Apakah aku mengganggu kamu?"

Taksa mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat Nara yang memenuhi janjinya. Ia meminta perempuan itu menjemputnya di kantor untuk makan siang bersama.

"Kamu datang lebih cepat." Balas Taksa.

"Should I leave first?" Tawar Nara ragu-ragu.

"Of course no ma moitié. My wife is more important than my work." Balasan Taksa terdengar manis. Tak lama, seorang laki-laki membawa segelas minuman.

"Kenalin ini Kris, asisten pribadiku." Kris menundukkan kepalanya ringan, dan Nara mengangguk. "Kita sudah pernah bertemu sebelumnya, kan?"

Ketika Kris telah beranjak, dan beberapa mata yang mengikutinya di depan pintu kantor Taksa menghilang.

"Sekretaris dan asisten pribadi kamu semuanya laki-laki." Ucap Nara penasaran. Ia sudah berpikir akan menemukan beberapa perempuan cantik sebagai asisten Taksa. Seperti bagaimana ia sering mendengar cerita teman-temannya.

Akan tetapi, ia hanya melihat karyawan perempuan di ruangan berbeda.

"Apa yang ada di pikiran kamu? Ini tempat kerja, bukan kantornya Alois." Ujar Taksa menyebutkan nama salah satu sepupunya yang terkenal sebagai lelaki dengan banyak perempuan di sekitarnya.

"Lagipula aku bukan tipikal laki-laki yang membuat istrinya cemburu. Jika kamu menemukan perempuan seksi di ruangan kantorku, apa yang akan ada di pikiran kamu?" Tanya Taksa balik. Ia mencoba mengikuti pandangan Nara yang berusaha menjauhinya.

"Aku tidak peduli. Kamu bisa melakukan apapun yang kamu mau. Asalkan kamu bisa melindunginya dengan baik karena aku tidak ingin menambah skandal." Jawab Nara tajam. Ucapannya terdengar serius sehingga Taksa tertawa kecil.

"Aku bukan laki-laki seperti itu, Nara. Keluarga Limawan tidak pernah mengkhianati pernikahan."

Perempuan ini tidak tahu harus menjawab apa. Keluarga Limawan dan prinsip-prinsipnya yang terlalu banyak. Ia mendengar beberapa dari nainai dulu sekali, dan sampai sekarang tidak tahu semua prinsip tersebut. Ia bukan orang naif yang berpikir bahwa semua orang akan menetapi janji dan memegang prinsipnya.

PASSIONATE ALLIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang