FIFTEEN

128 23 2
                                    

Disclaimer:

All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.

***

"Barang bukti itu hilang dan papa kamu tidak memberitahuku dimana ia menghilangkannya."

Ia terngiang ucapan Taksa tadi malam.

Nara sadar pertemuan dengan ayahnya sangat penting agar dirinya bisa mengetahui hal yang ingin ia ketahui. Semenjak kasus ayahnya dimulai, ia tidak memiliki kesempatan untuk bertemu pria itu. Mulai dari pembatasan akses, pemberitaan yang membuatnya tidak bisa bergerak dan selanjutnya, ayahnya itu menolak kedatangannya. Bahkan ketika ia ingin mengunjungi pria itu sebelum pernikahannya. 

Dengan latar belakang keluarganya, dan posisi ayahnya, seseorang yang berhasil menindas Nathanael sudah pasti bukan orang bisa. Hal yang sama membuatnya putus asa di awal, memohon kesempatan untuk bisa melakukan apapun agar mendapatkan keluarnya kembali. 

Nara terpaksa mengirimkan Aruna, ibunya untuk bertemu ayahnya dan mengirimkan sebuah surat. Berharap ayahnya tertarik untuk membuka mulutnya dan bertemu dengannya dengan isi surat tersebut.

Razak berjalan ke arah Nara yang terlihat serius. Semenjak menjadi ketua partai politik dan menaklukkan beberapa ketua penting dalam partai mereka, Nara hampir menghabiskan seluruh waktunya bersama Razak. Menemui beberapa partai yang menjadi koalisi mereka, atau mengunjungi masyarakat di lapangan. 

Ketika awal ia bertemu dengan Nara, ia hanya melihat seorang gadis muda lulusan luar negeri yang tidak mengerti apa-apa. Dalam waktu setengah tahun, Nara telah tumbuh dan berkembang menjadi lebih dewasa. Terkadang ia bisa melihat aura kesepian melihat Nara yang duduk sendirian.

"Ada berita apa?"

"Pemilihan presiden akan berlangsung tak lama lagi. Mereka ingin memastikan kita akan mendukung Lukman lagi untuk pemilihan kali ini."

Nara mengingat bahwa partai politik yang mereka miliki merupakan kubu pendukung utama Lukman. Walaupun Lukman merupakan presiden independen, partai mereka memegang andil dalam mengumpulkan koalisi untuk mendukung kemenangan Lukman di periode sebelumnya.

Untuk membujuk atau meyakinkan petinggi partai agar keluar dari koalisi bersama Lukman dan mendukung kandidat lain tidak hanya akan memakan energi, tapi juga bisa memberikannya boomerang jika ia melakukannya tanpa alasan dan bukti yang jelas. Karena interest dari partai adalah untuk meyakinkan diri partai mereka akan menjadi pengusung calon presiden berikutnya dan mengamankan posisi politik mereka. 

"Kita punya waktu berapa lama?"

"Satu minggu. Mereka ingin mengadakan deklarasi secepatnya."

Kampanye presiden yang akan dimulai membutuhkan deklarasi partai, karena dengan begitu, semua akar rumput partai di masyarakat bisa mulai meyakinkan pendukungnya dan para calon dewan merasa aman. Tidak jarang di masa ini, beberapa aktor politik berpindah partai hanya untuk meyakinkan kemenangannya. 

Nara menghela napas. Semenjak kasus relokasi warga Kampung Budaya Satu dihentikan, Lukman memang tidak melakukan pergerakan lainnya. Seolah semua masalah itu menghilang. Nara juga tidak tahu apa yang terjadi dengan investor yang berniat untuk memberikan investasi di tempat itu atau rencana Lukman. Apakah pria itu menunggu hingga ia dipilih untuk kedua kalinya?

PASSIONATE ALLIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang