EIGHTEEN

128 23 3
                                    

Disclaimer:

All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.

***

"Taksa, aku mohon. Ajukan bukti ini."

Pagi ini Nara mendengar berita bahwa pengadilan ingin mempercepat peradilan. Tidak adanya barang bukti tambahan membuat mereka ingin mengadili Nathanael dengan cepat. Nara berhasil dibuat panik dengan panggilan dari Aruna yang menangis.

Ia tidak akan membiarkan ini terjadi.

Pria yang menyandang status sebagai suaminya ini baru saja pulang dari apapun yang ia kerjakan. Sementara Nara menghabiskan waktu seharian mengunjungi berbagai daerah. Berbagi tugas dengan ketua umum partai yang harus mengunjungi berbagai provinsi.

"Aku dengar kabarnya."

"Kita tidak bisa menunggu. I don't want to take the risk." Nara bersikeras. "Toni sudah setuju dan aku telah berhasil memastikan semuanya setuju. Aku percaya Lukman sudah mendengar kabarnya." Tambah Nara lagi. Dengan berita bahwa partai mereka tidak akan mendukung Lukman akan mempengaruhi supporter pria itu. Walaupun ia yakin Lukman tidak akan terlalu kaget, karena tidak mungkin Nara membiarkan partai mereka mendukung Lukman.

"Partai sebelah sudah setuju. Dia akan bergabung dalam koalisi bersama Toni setelah makan siang hari ini." Nara mengerjapkan matanya, tidak percaya.

"Serius?"

Taksa mengangguk, "Kamu pikir apa yang aku lakukan selama ini?"

"How do you convince them?"

"Dukungan keluarga Limawan dan... aku memberikan clue bahwa Lukman akan terlibat dalam skandal besar."

"Kamu yakin mereka akan percaya itu?"

Taksa mengangkat bahunya. "Kita lihat saja nanti."

"Jadi bagaimana? Aku gak mau mereka menciptakan bukti bohongan untuk memaksa papa."

Taksa menyentuh pundak Nara dengan halus, berusaha menenangkannya.

"Aku akan submit semuanya besok."

Pria ini menatap Nara yang terlihat ragu-ragu padanya.

Selain keberhasilannya mengalihkan partai politik untuk percaya padanya, ia juga menemukan satu clue. Tentang orang dibelakang Lukman yang mendukung pria itu.

Taksa telah menggunakan semua koneksinya, termasuk bantuan Tristan untuk menemukan dana investasi untuk Kampung Budaya Satu yang tidak bisa ia temukan. Ia tahu Lukman mendapatkan pressure untuk memulai proyek ini kembali dan artinya pria itu masih mendapatkan kucuran dana.

Ia bisa melihat sejak awal bahwa Lukman akan terlibat kasus korupsi dengan dana investasi yang tidak tahu kemana itu. Lukman telah menggunakan kebaikannya yang dijanjikan akan membantu perekonomian untuk membangun infrastruktur, kemudian bermain kotor dibelakangnya. Taksa benci dipermainkan seperti itu.

Alasan yang sama mengapa ia terlibat dengan semua yang terjadi ini. Ketertarikannya untuk membantu Lukman membawa petaka bagi semuanya. Karena itu Taksa percaya hanya dirinya yang harus menyelesaikan semuanya. Mengembalikan semuanya ke tempat semula. Yeye nya selalu mengajarkannya untuk mengambil tanggung jawab dari sesuatu yang diakibatkan olehnya. He wants to use his own hand to destroy Lukman and people who are using power to destroy others. The mess he made, he should be the one who shoulder it.

PASSIONATE ALLIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang