NINETEEN

11 3 0
                                    

Disclaimer:

All characters, events, and situations depicted in this novel are entirely fictional. Any resemblance to real persons, living or dead, or actual events is purely coincidental. The settings and organizations mentioned are also products of the author's imagination and are not intended to portray real locations or institutions. This work is created solely for entertainment purposes and does not reflect real-life scenarios or individuals.

***

Taksa tidak membiarkan Nara lepas dari pelukannya hingga perempuan itu tiba di atas ranjangnya. Nara masih terlihat pucat, dan dipenuhi keringat dingin. Ia mengepalkan tangannya. Pertama kalinya ia menyadari tidak semua ada di dalam kendalinya. Seperti apa yang terjadi pada Nara yang tidak bisa ia duga. Ia telah melakukan semuanya untuk memastikan perempuan itu baik-baik saja dan ia gagal.

Rasanya ia ingin menghancurkan orang-orang yang sudah menyakiti Nara. His blood burns with anger, and desire to destroy someone. He realized that it would kill him if he saw this happen again. He has to protect her, with everything he has.

"I don't think they would be crazy enough to do that." Ucap Nara pelan. Meskipun ia dibesarkan oleh ayah yang merupakan seorang polisi dan pernah diajarkan cara menembak, ia tidak pernah menyangka akan berada di dalam situasi dimana ia hampir kehilangan dirinya. Atau mungkin tidak. Ia mendengar orang tersebut ingin dirinya untuk ikut dengan mereka. Ia tidak tahu kemana, tapi pastinya berhubungan dengan bukti yang ia miliki. Yang berarti seseorang mengetahui pembicaraannya dengan ayahnya.

"Taksa, tolong cari tahu tentang papa. Aku khawatir."

Taksa menatap Nara dengan amarahnya yang menggebu, "Kamu hampir saja diculik dan kamu memikirkan papa kamu sekarang! What's wrong with you?"

"Karena itu kita harus memastikan papa aman. I don't want them to do something to him. Mereka gagal mendapatkan bukti itu dan pastinya mereka tahu kamu akan submit. They literally can do anything, I feel it. They are crazy enough to do that, Taksa."

"Kamu istirahat! Just stay here, do nothing."

"Taksa, please."

"Swallow them, Nara."

"What?" Nara bertanya dengan nada bingung. Ia tidak mengerti yang dimaksudkan Taksa.

"Swallow everything that you are planning to say. I can't take another word."

Nara menatap Taksa serius, ia tahu pria ini serius dengan ucapannya.

"ARGH!"

Teriakan Taksa membuat Nara menyadari bahwa pria ini merasakan sebuah rasa frustasi yang intens.

"Can't you see my frustration, Nara? I am mad because I can't protect you. Who knows what they have in mind? They might kill you."

Perempuan itu meraih tangan Taksa pelan, "See? I am all good. Nothing happened to me. You were right there to save me. Okay?"

Taksa menatap Nara serius, "I will destroy them for you."

Nara menggeleng melihat sikap Taksa yang ia anggap berlebihan, "You have been gentleman enough to protect me from them. It is not your responsibility."

"It is!"

Nara menarik napas panjang. "Jangan bicara seperti ini di depan orang lain. Orang-orang akan mengira kamu benar-benar suamiku." Ucap Nara pelan. Ia tahu pria ini sedang merasa buruk, hanya ia tidak bisa menerima sikapnya.

PASSIONATE ALLIANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang