AMPO

540 55 13
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!

















Makan malam terlambat mereka bahkan baru berlangsung 5 menit, ketika Inka dibuat heran dengan sikap mencurigakan Agni. Bibirnya bergetar dengan sesekali melipatnya kedalam, menahan diri untuk tak tertawa terbahak, dan ini sungguh menyiksa. Begitu menggelikan tapi Agni harus bertahan, sudut matanya pun sampai berair.

Tak tahan sudah, gelak tawa menggema diseluruh ruangan, terguling jatuh ke sofa yang di dudukinya, ia usap air mata yang merembes karena terlalu puas tertawa. Perasaannya lega karena menertawakan nasib sang sahabat.

Si sumber ledekan diam-diamnya memasang wajah datar, miris memang, Inka kira hanya dirinya yang gila.

Tawa Agni masih meledak, ia tunjuk Inka dengan tangan lainnya memegangi perut, keram karena terlalu keras tertawa.

Tak dihiraukan si gila Agni, Inka kembali menyantap makanannya yang semakin dingin.

Agni mengatur nafasnya yang memburu, tenang sebentar sebelum tawa akan meledak lagi. Agni bangkit kembali dan duduk tegak, sekarang dengan tangan terlipat, wajah didongakan.

"Lo tau siapa yang nganterin makanan?"

"Gak peduli gue!" Sungut Inka, tiba-tiba saja perasaannya tak enak, nafsu makan pun lenyap.

Agni bergetar lagi bibirnya karena menahan tawa. Jangan meledak dulu, karena tak akan seru. Sabar, tunggu dulu, sebaiknya jangan sekarang.

Tunggu sampai Inka sampai dirumah.

















Karma instant untuk orang yang menjahili sahabatnya.

Sialnya orang yang Agni jahili adalah Inkarina, si paling yang tak sabaran. Dengan wajah garang menahan berang, di tekan bel apartment si pendosa dengan bar-bar. Tak kunjung pintu dibuka, Inka semakin menekan belnya, seakan ada lem kuat diujung jarinya.

TEEEEEEET....

CEKLEK....

Pintu terbuka, tapi bukan milik Agni, unit disebelahnya keluar seorang wanita dengan anjing kecil digendongan.

Tak peduli, kembali ia menekan bel targetnya.

CEKLEK...

Sekarang pintu dibelakangnya terbuka, gadis dengan boneka anjing digendongan. Wajahnya ditekuk, berisik betul pagi ini, ah... ini bahkan masih subuh. Gadis tadi melihat tetangganya juga ada diluar, bingung tapi juga penasaran.

"Kak Kalya ada apa?" Si gadis menghampiri tetangganya.

CEKLEK...

Kepalanya diputar cepat kearah pintu didepannya, sang target keluar dengan wajah bantal yang ditekuk.

"Lo!"

Tak diberi kesempatan, Agni menarik Inka masuk, menutup pintunya dari luar.

Paginya terganggu, sangat terganggu.

Agni melihat tetangganya sampai keluar unit, mendesah lalu menghampiri mereka dengan lesu. Digaruknya tengkuk karena merasa tak enak.

"Kalya... Sekar... maaf, ya? Kayaknya temenku masuk terus nyasar kesini."

Yang bernama Kalya, wanita dengan anjing digendongan mengangguk memaklumi, dan kembali kedalam unit. Ini masih subuh, fajar bahkan belum menyapa.

Yang paling muda juga mengangguk tapi wajahnya tak bohong kalau tengah kesal, bahkan boneka anjingnya dilempar ke pintu sebelum membuka pintu unitnya.

LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang