COLLECTING SOME ERROR

409 49 9
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















"Kok lama telponnya?" Janu yang dari tadi menemani tampak penasaran.

Mereka berdiri di dekat pintu kamar mandi, memang niat si gadis muda untuk mandi malah dapat panggilan Inka.

Janu menyandar badannya miring ketembok sembari tangannya ia lipat, menatap Winka yang masih mendekap handuk.

"Kak Karinanya gak mau nerima lagi motornya."

"Terus?"

"Besok kak Karina minta ketemuan di kampus."

Janu terdiam, ia curiga pada seseorang bernama Karina yang Winka juga Julia ceritakan. Aneh, karena terlalu berlebihan untuk seseorang yang baru saja kenal. Bukankah, lebih baik mengganti dengan nominal saja untuk perbaikan motor Winka?

"Hati- hati, Win."

Winka menarik kembali tangannya yang telah menyentuh knop pintu kamar mandi.

Wajah polos Winka menatap Janu yang menukikan alis.

"Lo gak mau 'kan kejadian kayak dulu keulang lagi?"

Winka menggigit bibir bawahnya, wajahnya tertunduk. Perkataan Janu mengingatkan dirinya akan cinta pertama, cinta pertama yang harus ia sudahkan.

Nafasnya tercekat, "Ak, aku gak sadar karena udah lama. Lagipula kak Karina baik."

"Sana juga orang baik." Tertohok Winka, "Lagian baiknya seseorang juga gak berlebihan kayak gitu."

Terlalu lama, hingga dirinya melupa bagaimana tertawa sampai dirinya merasa terbang. Seperti saat bersama Inka waktu itu.




"Anak- anak gue bawain bakso!"

Janu serta Winka menoleh pada sumber suara, di mana ada Julia dan Mimi baru masuk.

"Kak, aku mandi dulu." Janu mengangguki pamitan Winka.

"Winni, mau kemana? Makan dulu bareng- bareng!" Mimi yang baru saja meletakan bungkusan plastik di atas meja, mendengus saat sang teman tak menjawab.

"Biarin anaknya mandi dulu." Janu yang menghampiri mereka di ruang tengah menyahuti, "Itu kapan barang- barangmu mau di tata?"

Yang di tanya malah menampilkan giginya, "Ntaran aja ya, Kak. Mumet skripsian."

"Skripsian malah kerja!" Ujaran bernada bercanda datang dari Julia yang kembali dengan beberapa alat makan.

"Healing itu Kak Jul, healing gue itu kerja."

Menyerahkan satu mangkuk pada yang paling muda, "Alesan. Winni aja sekarang banyak di rumah, skripsian." Menyerahkan mangkuk pada Janu yang lebih dulu membuka bungkusan. "Winni mana?"

"Mandi." Jawaban acuh dengan tangan menyambut mangkuk.


















Memastikan make up tak terlalu berlebihan juga merapikan style pilihannya, tak lupa kali ini untuk tak memilih warna yang mencolok. Inka tersenyum bangga pada penampilannya kali ini, ia yakin itu.

Kaki jenjangnya yang terbalut denim cargo pant melangkah mengitari mobil gagahnya, mengecek sekali lagi make up pada spion mobil.

"Cakep!"

Dengan percaya diri melangkah memasuki cafe di sekitaran kampus. Tak sedikit yang memandanginya, terpesona? Atau aneh?

Masa bodoh untuk Inka, dia percaya pada diri sendiri, tak peduli pada pandangan semua kecuali dari Winka nanti.




LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang