LIMERENCE

338 37 9
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















Agni yakin ini masih tengah malam, karena baru saja ia bisa tertidur setelah menyelesaikan proposal kejam dari si gila. Rungunya tak salah menangkap, suara seseorang yang tengah berdoa, dengan isian doa yang di paksakan.

Di paksakan, di ulangkan, di sengajakan, di...

Alisnya menukik tajam dengan mata yang masih terpejam. Benarkah apa yang tengah ia dengar ini? Doa macam apa itu yang begitu menuntut? Lagipula orang gila mana yang menyuarakan doanya macam itu?

Macam...

"Ya Allah, jadikanlah Winter jodohku. Kalau dia jodoh orang lain, aku akan menjadi orang ketiga mereka. Maka jodohkan saja Winter denganku."

"Ya Allah, ini cinta pertamaku, permudahkanlah diriku untuk memilikinya."

"Ya Allah, Winter gadis biasa dia bukan bintang, mudahkanlah diriku menggapainya."

"Ya Allah..."

Cukup lama doa macam itu mengudara di ruang tidurnya, membuat pemilik ruangan mau tak mau akhirnya membuka mata perlahan. Mengucek mata untuk menyesuaikan dengan cahaya yang temaram.

KLIK!

"AAAAAA!!!"

Suara lampu yang di hidupkan berbarengan dengan suara jeritan Agni, betapa wanita itu berteriak histeris mendapati sosok hitam di hadapannya.

"Jamet!"

Andai saja Inka tak segera melepas mukena yang ia pakai, wajah ketakutan Agni akan terus terpampang nyata.

"Cosplay jadi valak Lo?!" Sungutan dengan debaran di dada karena kelewat terkejut.

"Emang warnanya item, hadiah dari Nami." Jawab santai Inka sembari melepas mukena bawahnya.

Agni mengernyit heran mendapati Inka dengan mukena, aneh saja pikirnya. Memang ada kejadian apa, hingga membuat Inka insaf?

"Ngapain Lo? Ini tengah malem, anjir."

"Tahajud." Melipat mukena dengan warna tak biasa.

Melebarlah bola mata Agni mendengar penuturan mustahil dari Inka, kalau bisa pun bola matanya itu keluar dari rongganya. Maksudnya, impossible gitu loh!

"Lo?! Tahajud?! Yang solatnya 2 kali setaon?!" Pekikan dengan ketidak percayaan, di susul dengan tubuh yang beranjak mendekati si tersangka.

Inka mendengus, " 'kan gue pernah bilang, mau ngerayu Tuhan."

"Itu maksa bukan ngerayu, anjir." Inka mengendikan bahu lantas melempar tubuhnya di ranjang milik Agni.

Agni berkacak pinggang, "Lo suka Winni aja udah salah, sekarang Lo malah minta di jodohin sama orang yang beda keyakinan. Gila Lo!"

"Gue emang tergila- gila ama Winter."

Tak peduli pada celotehan sang sahabat, Inka malah menyamankan posisi berbaringnya dengan menarik selimut. Bersiap tidur.

Si gila tersenyum dengan mata yang telah mengatup. Usahanya masih panjang, tapi setidaknya ia tahu Winka tak membencinya.

Bahkan setelah kejadian, curi kecup pada birai si muda.



















LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang