FUCKING JERK!

620 54 9
                                    





Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!

















"Ibuk... kok bisa sakit, sih?"

Raut sedihnya menyapa wanita paruh baya yang terbaring lemah, namun masih bisa menyunggingkan senyum pada yang terkasih.

"Ibuk cuma kecapean aja. Sini..." tangannya terulur, meminta tuk di genggam.

Winka duduk ditepi ranjang disebelah wanita yang dia panggil ibu, tangannya menggenggam erat orang yang dihormatinya itu.

Lengan kekar melingkar dipundak mungilnya memberikan usapan lembut, terlihat wajar, namun tak untuk Winka.

Tubuhnya menegang dengan bulu kuduk meremang. Ia tahu lengan milik siapa itu, lengan seorang pria yang memang sejak tadi ada diantara mereka, ayah tirinya.

Dirinya dilanda resah, tapi tak bisa ia tunjukan, tidak didepan ibunya ini. Apalagi beliau sedang sakit.

"Bener yang dibilang ibumu, dia cuma kecapean." Mulut pria itu bertutur halus, sehalus usapannya pada pundak Winka yang tak kunjung enyah.

"Nginep aja, ya? Temenin ibumu selagi bapak kerja."

Mulut bungkam, beribu penolakan mampu ia ucapkan.

"Winter..." panggilan lembut penuh kasih mengudara, "Temeni ibuk selama pak Tarangga kerja, ya?"

Jika sudah begini, alasan apa pun tak akan keluar dari bibirnya yang bergetar, entah karena bersedih atau karena ketakutan, yang pasti bibir itu bergetar menahan tangisan.

Satu anggukan sebagai jawaban, sang ibu senyum syukur, sang bapak senyum menang.

Pria tua bernama Tarangga itu tarik lengannya dan beralih mengusap surai hitamnya si anak sambung.

Tak hentinya dari tadi tubuhnya bergetar kecil, Tarangga tahu, dan tahu bahwa Winka tak bisa apa-apa selain menuruti Jessa, ibunya.

















Wajahnya bersungut-sungut, suasana hatinya buruk untuk memulai hari, yang awalnya ia kira akan indah.

Lebih baik jangan mengganggu, menegur pun jangan.

Tapi siapa pun tak tahu 'kan, apa yang telah dilalui oleh si cantik namun judes. Begitu dengan Kaindra yang baru pulang, sedan CT5 miliknya tergores G-class milik Inka yang menyerobot spot parkir di halaman rumah.

Kaindra mengumpat, tangannya memukul stir mobil, tampaknya hari pria itu juga buruk, mungkin terlalu banyak pasien. Keluar dengan dada menggebu, untuk kali ini setidaknya ia harus memaki istri kurang ajarnya.

Tak jauh beda, Inka butuh wadah untuk menumpahkan amarahnya.

Dipermainkan sahabatnya, balas dendam berakhir saling jambak, tak sampai disitu, dikiranya semesta sedang berbaik hati tapi nyatanya dipecundangi juga. Kurang buruk apa lagi paginya?

Melihat Kaindra mendekati pintu mobilnya, ia masih bergeming, ketukan dikaca terdengar begitu keras juga berkali-kali. Meski dirinya juga butuh pelampiasan, ia tak mau memulainya dulu, sebisa mungkin Kaindra yang harus meledak dulu hingga dia punya alasan menyerang balik.

Tangannya mencengkeram erat stir mobil, matanya dipejamkan dengan rahang mengeras.

Inka siap untuk berperang.

Ia turun dari mobil, sebisa mungkin untuk tak meledak dulu. Melengos dari hadapan Kaindra seperti biasa. Kaindra yang kepalang emosi menarik paksa Inka agar bersitatap dengannya.

LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang