CANDALA

148 28 5
                                    







Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















Hujan diluaran sana menyembunyikan kegelisahan gadis belia yang bergelung di dalam selimut. Suara berisiknya menyamarkan rintihan perih terganggu tidur malamnya dari mimpi buruknya.

CEKLEK...

Suara pintu kamar di belakang punggungnya terbuka, Winka yang tengah mengemasi peralatan sekolah menoleh. Gadis itu tersenyum pada sosok yang baru saja masuk ke kamar barunya.

Tarangga, dominan baru di kehidupan ibunya itu melangkah masuk mendekati anak sambungnya. Winka yang saat itu masih berada di masa putih abu abu, benar- benar merasa bahagia mendapatkan keluarga baru, terutama untuk ibunya yang setelah sekian lama, akhirnya bersedia berumah tangga.

Winka bahagia, tentu saja, dari pada melihat Jessa merawat dirinya seumur hidup tanpa mengenal bahagianya sendiri.

Namun Winka salah.

Dunianya kembali di hancurkan, kepercayaannya kembali di robohkan. Dirinya yang sudah hina kembali di rendahkan.

Tarangga yang sejak awal Winka kenal sebagai pria dewasa yang lembut serta baik itu ternyata sang Dasa Muka, selalu mengenakan topeng berbudi luhurnya untuk mendekati Jessa serta Winka.

Rasa empatinya ia lepas, lebih memilih kebahagiaan Jessa, mengorbankan Sana yang ternyata sungguh pengecut.

Senyum Winka luntur manakala tangan yang semula membelai surainya perlahan merambat turun, mengelus tekuknya yang tak tertutup.

"Bapak."

Teguran pelan Winka tak di indahkan sama sekali, tangan besarnya semakin menjadi, merambat turun merenggut kemeja longgar Winka.

"Bapak!"

Jeritan dengan tubuh yang ia bawa menjauh, menimbulkan seringai lebar di wajah santun Tarangga. Baju yang terkoyak, senyum yang menakutkan, Winka paham. Winka bukan anak kecil, bukan gadis polos, ia mengerti pada apa yang akan terjadi pada dirinya.

Kepalanya pening dengan netra yang mulai memanas, ketakutan teramat nyata merayap di sekujur tubuh.

Radar kecurigaannya menjadi kewaspadaan pada gerakan tubuh yang lebih tua mendekat kearahnya, tubuhnya ia bawa bergegas menghambur pintu yang tertutup. Namun sayang, tubuh kecilnya lebih dulu di tarik lantas di lempar keatas ranjang.

Dan begitulah semua trauma Winka dimulai.

Kepercayaannya pada figure seorang pria di peras habis.




















Winka tersentak dari tidur resahnya, kesadarannya di tarik paksa oleh gelisahnya. Nafasnya tersenggal dengan keringat dingin merembes di dahi serta lehernya, tubuhnya gemetar hebat. Sungguh, mimpi yang terasa nyata itu mencekiknya, membangunkannya dari tidur yang memang mengganggu lelapnya.

Matanya membeliak penuh kengerian karena mimpi yang terasa nyata itu nyatanya mengikuti kesadarannya, berenang bebas dalam memori otaknya.

Winka beringsek bangkit memposisikan dirinya duduk, selimut yang menutupi kakinya ia cengkeram kuat.

"Ha... ha... ha..."

Nafasnya memberat dengan tenggorokan tercekat, dorongan tuk meraung hampir terlepas keluar sebelum ia bungkam mulutnya sendiri, dengan pelupuk mata memanas menganak air mata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 3 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang