BROKEN HEARTED

373 47 10
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!


















"Gila Lo!"

Maki Agni saat tengah malamnya kembali di ganggu, tetapi yang lebih membuatnya marah adalah pergelangan tangan sang sahabat yang terlilit perban. Tak perlu bertanya di caci maki saja. Karena Agni tahu, jika Inka melukai diri sendiri sudah pasti satu penyebabnya, Kaindra.

"Berisik." Si tak mau mengalah beringsek meringkuk di sofabed, "Gue cuma mau numpang tidur malem ini." Inka menyamankan posisinya, "Mungkin juga seterusnya."

Ucapan terakhir Inka membuat Agni melotot tak senang, "Enak aja! Gak sudi gue nampung Lo!"

Namun tak ada lagi sahutan dari si perusuh malamnya, si pemilik rumah menghela nafas. Bukannya tak ingin di repotkan, ia hanya merasa miris saja pada sikap nekat Inka.

"Mending cerai aja, jangan goblok nyiksa diri sendiri mulu."

"Itu emang rencana gue."

Agni kembali menghela nafas saat menyadari sesuatu, "Tapi gue yakin, Indra gak bakal mau pisah."

"Gue bakal bikin dia ceraiin gue, kalo tetep gak bisa..."

Inka menggantung kalimatnya, Agni meliriknya yang berusaha bangkit. Wajahnya pucat, pasti banyak darah yang keluar.

"Gue tinggal bikin ibunya kesel."

"Beneran gila Lo. Gimana sama papa Lo? Kalian sama- sama keras."

Inka terdiam sejenak, ia menghela nafas. "Udah saatnya gue bergerak." Inka mengusap wajah pucatnya lantas bersandar. "Selama ini gue selalu nurutin kemauan papa, sekarang giliran papa yang harus nurutin gue."

Agni mengernyit, "Maksud Lo?"

"Gue bakalan berontak." Pandangan wanita gila itu serius, "Gue mau perjuangin kebahagian gue sendiri."

"Kebahagian gue baru muncul, karena itu gue harus berusaha. Kata papa kebahagiaan gue bareng Indra, dan gue gak terima. Kebahagiaan gue dari perjuangan gue sendiri."

"Lo gila, gak seharusnya Lo ngejar tu anak. Kalo gak suka sama Indra ya pisah, gak usah jadiin Winka alesan." Agni memperingatkan, karena bagaimana pun Inka itu salah.

"Lo salah, gue beneran tergila- gila sama Winter."

"Heh!" Geram Agni, "Jangan seret dia ke dosa Lo!"



"Gue cuma mau Winter, kalo takdir gue bukan sama Winter."


"Gue bakalan ngerayu Tuhan lewat doa."


















Dua pasang mata saling melotot, seolah berlomba siapa yang lebih dulu keluar dari rongga. Keduanya saling menunjuk, seolah sama- sama kepergok.

"Tante?!"

"Bocah?!"

Inka dan Mahika berbarengan keluar dari dua unit yang bersebelahan, unit Agni dan unit dari kakak Mahika.

Si lebih muda menghampiri, "Rumah tante di sini?"

"Rumah sohib. Nginep lebih tepatnya." Jawab Inka melipat tangan.

"Rumah Lo di sini?" Pertanyaan balasan di suarakan.

"Rumah kakak. Nginep lebih tepatnya." Jawab Mahika berkacak pinggang.

Detik berikutnya Inka menaikan satu alisnya, bertanya, ada apa dengan anak yang mengulurkan satu tangannya seperti meminta.

"Mana uangnya? Kemaren 'kan udah aku kasih info tentang kak Winni."

LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang