WHITE ROSES

253 33 9
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!




















Mawar putih, dekat tanpa kepastian.




Sarapan asyik dengan pemandangan menarik seorang gadis cantik. Nikmat Tuhan mana yang Kau dustai, Inka?

Sejak tadi lengkungan di bibirnya tak juga sirna juga degub menakjubkan dengan rasa menggelitik perut yang membuat hati membuncah. Hati si gila tak pernah meruah seperti ini sebelumnya.

Tersenyum setiap kali si mungil bergerak, entah itu menyendok kuah soto, menyeruput teh hangatnya juga saat tatapan mereka bertemu, dan bagaimana senyuman tipis menular padanya berubah menjadi senyuman lebar.

Tapi tunggu, meski hatinya tengah membuncah macam sekarang ini, dirinya harus beberapa kali memberikan delikan pada mata jahanam yang terang- terangan memandangi Winka atau dirinya.

Si gila itu tahu, tak menampik juga karena memang pagi ini Winka tampak begitu manis. Jadi sudah tentu banyak pasang mata terkhusus dari para kaum Adam yang terang- terangan menatap gadis muda itu.

"Brengsek memang!"

Padahal niatnya mengajak sarapan di tempat yang fancy, namun si gemes malah memilih soto di pinggir jalan.

Sekarang siapa yang mau di salahkan, kalau Winka juga dirinya macam salah dress code.

Sebenarnya yang menjadi pusat perhatian adalah dirinya sendiri yang terlalu mencolok. Dengan smokey eye make up, slim fit jeans hitam, blouse dengan warna merah menyala dengan heels yang senada dengan atasannya.

Warna yang terlalu menantang untuk hari yang masih terlalu pagi.

"Sotonya gak di makan, Kak?"

Winka bahkan telah menandaskan teh hangatnya saat melihat si gila hanya mengaduk asal soto miliknya dengan sesekali menengok kanan kiri.

"Kakak gak nyaman aku ajak makan di sini?"

Wajah bersalah Winka membuat Inka menggeleng, apa sikapnya membuat salah paham gadis muda itu? Padahal 'kan dirinya hanya tengah sibuk memberi death glare pada orang- orang.

"Ini baru mau makan, kok." Dengan itu Inka menyuapkan sesendok soto, yang kuahnya telah hilang entah kemana.

Menelan terlebih dulu, mungkin tidak di kunyah karena terburu ingin mengatakan sesuatu, "Tadi fokus aja liatin Kamu makan."

Nah 'kan?

"Pipinya penuh, pingin aku gigit." Cengir si gila.

"Jangan mulai deh, Kak." Si muda mendesah.

Inka sadar, suasana hati gadis di depannya ini sedang risau, entah karena apa?

Ayo, tunjukan keahlian menggodamu Inka!

"Kamu tadi berdoa gimana sama Tuhan Kamu?"

"Aku tadi minta supaya di jauhin dari cewek bar- bar."

Mata Inka mengkedip dua kali, "Sana?"

Winka mencebik, "Kamu, Kak!"

"Ey...!" Inka berseru dengan ekspresi dibuat- buat, "Harusnya Kamu itu berdoa supaya makin di deketin sama aku!"

Winka tersenyum, "Doaku isinya juga gitu, kok. Tuhanku sama Tuhanmu harus di rayu..."

"Apa sih, Kak. Hahaha...!"

LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang