MARKED BY THE ARROGANT

325 33 7
                                    






Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















Sudah sejak dia pulang dari cafe pagi tadi, menunggu pengantar makan siangnya datang. Sekarang malahan dirinya mondar mandir diantara wara wiri para remaja yang tengah menyerbu hotel tempatnya bekerja ini.

Rosett hotel memang tengah mengadakan temu author dari negeri ginseng. Jika saja Evan tak mencari perkara dengan misstreatment pada rombongan sang penulis, sudah pasti ia lebih memilih kembali menemui Winka.

Namun syukurlah, diantara banyaknya manusia yang berseliweran, si gila dapat menemukan Winka, yang tengah menyapa seseorang. Mata mereka bertemu saat Inka mendekat kearahnya.

"Kenapa dia lari?"

Pertanyaan di tujukan untuk seseorang yang tadi bersama Winka, namun gelengan yang ia dapat dari si kurir.

"Itu bukannya bocah temennya Mahika?"

Winka mengulum senyum, namun detik berikutnya ia tersentak karena tarikan Inka yang terkesan terburu.

"Kak, kenapa buru-buru?!" Gadis mungil itu bertanya di tengah terseok dirinya atas tarikan Inka.

Begitu masuk lift, Inka segera meraih tas berisi santap siangnya dengan satu tangannya yang lain masih menggenggam lengan Winka.

Merasa ada sesuatu pada diri Inka, gadis itu memilih diam dengan hanya menatap visual si angkuh pada pintu besi di hadapannya. Ekspresi sukar diartikan di tampilkan si angkuh.

Segera setelah mereka memasuki ruangan Inka, tas berisi makanan di letakan pada meja kopi, tangannya masih setia menyeret Winka, menuntunnya untuk berdiri di dekat meja kerjanya.

Winka menatap Inka dengan kerutan didahi begitu lengannya terlepas, namun si perusuh hidupnya tak juga kunjung membuka suara, lagi-lagi dengan ekspresi sulit diartikan.

Terkadang aku pun akan dibuat gila karena itu.

Setelah adu tatap dengan perasaan berbeda satu sama lain, Inka segera mengangkat si mungil, yang tentu saja membuat gadis itu memekik. Inka mendudukannya di meja kerjanya sendiri, ia kunci pergerakan si muda dengan mencengkeram kedua pundak gadis itu.

"Kak, mau ngapain?!"

Winka berusaha melepas cengkeraman si gila dengan mendorong bahunya sekuat tenaga, tapi sepertinya, usahanya tak membuahkan hasil. Inka tampak bergeming bahkan dengan dorongan kuat dari Winka, seolah kekuatan Winka tak ada pengaruhnya.

"Ngasih tanda kepemilikan."

"Apa?!"

Winka membeliak, ia siaga untuk apa yang akan Inka lakukan padanya. Dan benar saja, Inka segera memeluk pinggangnya dan menahan tengkuknya. Detik berikutnya, Inka menggigit leher Winka di bawah rahang.

"AAA!!!" Jeritan dengan usaha melepaskan.

Setelah memberi gigitan kecil, Inka tak lantas berpuas diri. Sekarang ia hisap kuat bekas gigitannya, membuat Winka kembali menjerit.

"GAK!"

Winka memandang tak percaya pada sosok angkuh yang perlahan melepaskan rengkuhannya dan lalu bersidekap di depan Winka. Winka dengan nafas memburu segera turun dari atas meja, ia langsung melayangkan tamparan pada Inka yang sayangnya sanggup di tahan olehnya.

"Sekarang Kamu milikku." Ucap Inka masih menahan tangan Winka yang nyaris menamparnya tadi.

"Selamanya milikku."


LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang