EASY PEASY

368 41 16
                                    







Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!



















"Winter?"

"Inka?"

Keduanya tersentak, dua warna suara menyerukan dua nama berbeda. Cepat- cepat dua puan pemilik nama menarik diri dari wajah yang begitu dekat saling memikat.

Pasangan paruh baya berjalan menghampiri mereka, Inka dan Winka berdiri menyambut pasangan itu. Jessa dan Tarangga, sang ibu langsung memeluk putrinya, sang ayah menjabat tangan kenalannya.

"Udah lama gak liat Kamu, makin cantik aja anak pak Nicky ini." Canda pria santun Tarangga.

Setelah memeluk ibunya, setelah menjabat kenalannya, mata Winka juga Tarangga bersiborok. Winka ragu, tapi Tarangga menarik dan memeluk putri Jessa.

Dan, gelagat resah sekecil itu pun tersadari oleh Inka, dimana gemetar kecil juga terkepalnya tangan Winka disisi badannya, tertangkap netra Inka.

Mencurigakan.

Tak mengerti, tapi Inka tahu bahwa si kecil tengah menahan sesuatu. Pelukan terlepas, Winka tak juga menatap Tarangga yang kemudian mengelus lengannya. Lirikan masih setia ditujukan pada gelagat Tarangga juga Winka, dimana Tarangga memang terlihat biasa saja namun Winka menunjukan keresahan yang tak begitu ketara. Pun Jessa, tersenyum melihat interaksi suami juga anaknya itu.

"Mbak, ini martabak manisnya udah jadi." Suara penjual mengalihkan atensi mereka semua.

Winka bergegas menghampiri disusul ibunya yang terlihat ingin membayari. Netra Inka tak juga lepas dari Winka, radar kecurigaannya meningkat.

Mungkin ibunya tak menyadari, tapi Inka merasakannya. Ketakutan berenang dimata Winka.

"Gimana Kamu bisa kenal Winka?"

"Mbak, martabak telor supernya udah siap."

Inka lebih memilih melenggang menghampiri si penjual, menerima dan segera membayarnya. Sebenarnya Inka tahu, seperti apa teman papanya itu, nyatanya sikap sopan pria baya itu tak menutupi pandangannya yang selalu menjijikan untuk Inka.

Inka menyapa Jessa yang ada disebelah Winka, ia mengulurkan tangan berkenalan.

"Karina."

"Jessa, ibunya Winka."

Keduanya saling melempar senyum, oh, jangan salah, bukan karena Jessa ibu dari Winka. Tapi memang, sikap Inka akan melunak di hadapan seorang ibu.

Tarangga mendekati mereka dan ia melirik pada Winka yang langsung menunduk, Inka geser tubuhnya dihadapan gadis itu, menutupi pandangan Tarangga pada Winka.

Dibelakang, tangannya meraih dan menggenggam pergelangan Winka.

"Maaf, tapi Kami mau pamit. Kami masih ada janji lagi."

Inka tersenyum dan hanya mengajak bicara Jessa, lalu ia menunduk untuk pamit pun, hanya pada Jessa.

"Kalo gitu hati- hati, ya?"

Jessa memeluk kembali sejenak putrinya, lalu memeluk juga pada Inka.

"Ibuk titip Winka ya, Nak Karina."

Pesan seorang ibu untuk menjaga anaknya, terselip permohonan untuknya memanggil dengan sebutan ibu juga.

"Pasti, Bu. Saya janji bakalan jagain Winka."

LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang