KAINDRA

279 31 17
                                    








Ingat ini hanya fiksi, semua muse tidak ada sangkut pautnya dengan tokoh di dunia nyata!





















Langkah lebarnya membawa tubuhnya memasuki kamar dengan bantingan pada pintu, sempat di hentikan oleh si gila yang dengan tak tahu dirinya menyeruak di tengah suasana canggung yang terjadi di meja makan pagi ini.

Suara tangisan pecah begitu si pemilik kamar menghilang di dalamnya, dirinya terlalu kecewa dan sakit hati bahkan untuk melihat Inka lagi.

Winka, gadis itu menangis pilu, mengutuk diri sendiri yang telah tanpa sadar menjatuhkan hati pada si gila.

DOK DOK DOK!!!

Tangan yang menggedor itu di tarik, bahunya di dorong kasar penuh emosi dari si penjaga senyum Winka. Janu menatap nyalang Inka, matanya memerah penuh amarah.

"Winter!" Teriak si tak tahu malu.

"Keluar!" Jeritan tak mau kalah datang dari Janu yang kembali ingin mendorong Inka, sebelum Mimi menahannya.

"Mimi, lepas!" Si paling muda menggeleng, "Dia memang kakakmu, tapi dia udah nyakitin Winni!"

"Winter!" Kembali berteriak dengan tubuh menerobos pertahanan Janu.

Geram tersusul emosi, Janu melayangkan satu tamparan pada Inka setelah menyentak tangan Mimi yang menahannya.

"Kak Inka!"

Pekikan keluar dari Mimi tatkala melihat kakaknya jatuh tersungkur. Janu seperti kesetanan, ia menyeret paksa Inka yang bahkan belum sepenuhnya berdiri. Terhuyung si gila keluar pintu rumah Janu, dirinya sudah pasrah untuk apa pun yang di lakukan pemilik rumah padanya, namun ia tak menyerah pada Winka.

"Winter!"

"Pergi!"

"Winter!"

"Pergi! Winni gak mau ketemu sama Lo lagi!" Mendorong sekali lagi hingga limbungnya Inka membentur pagar rumah.

"Lo!" Jari telunjuk serta jeritan tepat pada wajahnya, membuat Inka akhirnya jatuh terduduk.

"Gue pikir Lo beda dari Sana, ternyata Lo lebih bangsat!" Bahkan Janu meludah ke samping, "Gue sempat kagum sama Lo yang gak pengecut, tapi apa!? Akhirnya Lo bikin Winni nangis juga 'kan?!"

Janu tersenggal, kata- katanya di tengah luapan emosi sukses menampar kesadaran Inka.

"Jangan berani deketin Winni lagi, ngerti Lo?! Pergi!"

Teriakan terakhir Janu sebelum melenggang masuk, meninggalkan si gila yang tengah gila oleh ulahnya sendiri.

Mimi berlari mendekati Inka, berjongkok di depan kakaknya yang tampak putus asa. Tatapan kosong dengan mata basah, dirinya dalam keadaan kacau.

Dalam waktu singkat, keangkuhannya hancur.

Si angkuh yang tak tersentuh, kini hancur di hadapan seseorang yang membuatnya gila.





















Inka menghajarnya telak, pertahanannya di hancurkan begitu mudah begitu saja. Marah harga dirinya di injak- injak, kecewa perasaannya tak di hargai.

Kemarin, Kaindra resmi menjadi mantan suami Inka. Betapa liciknya wanita yang telah ia begitu di cintai, menghancurkan hati dan hidupnya.

Di paksa, memilih cerai atau pencabutan ijin praktek dengan seretan ke ranah hukum atas tindak kekerasan, tentu pria itu memilih karir yang telah lama ia bangun terlebih dulu, walau akhirnya mereka tetap bercerai juga. Mempertahankan apa yang dia punya lebih penting, harga diri yang telah lebih dulu diinjak- injak Inka.

LIMERENCE (WINRINA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang