TRF: 18

945 152 29
                                    

Happy Reading






25 July, 2024






Kendaraan roda empat yg membawa Jimin dan Yoongi berhenti tepat di depan pagar kediaman Park Andi saat senja berganti malam.

Setelah melepaskan seatbelt, tangan kanan Jimin terulur kebelakang untuk mengambil tas kerjanya.
Ia lantas menghadap ke kiri, bersiap untuk turun, tapi saat hendak membuka pintu mobil, ia merasakan sentuhan ringan di bahu nya.
Memalingkan wajahnya kearah pengemudi, Jimin mendapati Yoongi yg sedang menatapnya dengan teduh.

Laki-laki itu tak mengatakan apapun, hanya tangan yg tadi berada di bahu Jimin, perlahan merambat ke pipinya.
Keduanya saling diam dan saling berpandangan, sampai detik kemudian berganti menit, tangan itu bergerak lembut, mengusap pelan pipi kiri Jimin dengan ibu jari.
A

da lukisan senyum yg Jimin lihat menggantung di bibir yoongi, mengantarkan rasa hangat melalui rabaan sang suami pada wajahnya.

"Kembalilah...." Lirih Jimin

Yoongi terperangah, bola matanya lekas membesar.
Namun bibirnya tak mampu bersuara, terlalu takut salah memaknai kata.

"Kembali pada kehidupan mu..."

Tubuh Yoongi terkulai lemas dibalik kemudi, harapan yg sedetik lalu membumbung tinggi, kembali harus di simpan nya pada sudut tersembunyi.

"Bukankah kita sudah sepak—"

"Perusahaan mu sekarat.! Bagaimana mungkin kamu bisa duduk tenang disini.?" Suara Jimin meninggi, mengapa lelaki itu seakan tidak perduli dengan kondisi perusahaan nya.? "Aku tahu, meski tubuhmu disini tapi pikiran mu ada disana. Pulanglah..."

"Sayang.... Aku rela lepasin semuanya demi kebersamaan kita yg ngga lama ini, bahkan jika aku harus kehilangan semua harta yg aku punya aku sanggup menerimanya. Karena prioritas utamaku saat ini adalah kamu, Jimin.... Maaf jika selama enam bulan pernikahan kita aku tidak pernah memberimu kebahagiaan yg semestinya." Gumam nya pelan

Menit berlalu tanpa pergerakan, keduanya seolah terjebak dalam dua labirin yg berbeda, tapi sama-sama tak mempunyai jalan keluar.

Tok...

Tok...

Suara ketukan kaca di samping kemudi mengalihkan perhatian keduanya.
Wajah Haryo yg muncul ketika kaca sisi kanan telah terbuka membuat kening Yoongi berkerut samar.

"Mau berangkat jam berapa, dek.?" Tanya Haryo pada jimin

"Dari sini jam sembilan ya mas, aku siap-siap dulu.."

"Oke." Jawab Haryo, sembari berbalik ke rumahnya

Radar darurat dalam pikiran Yoongi langsung berbunyi nyaring, memerintahkan tangan nya untuk mencekal pergelangan tangan Jimin saat suaminya itu akan beranjak turun.

"Mau kemana.?"

"Mau keluar kota."

"Kemana.?"

"Bukan urusan kamu.!"

"Kenapa harus sama Haryo.?"

"Bapak ngga bolehin aku pergi sendiri"

"Kan ada aku, Jimin.."

"Aku ngga mau pergi sama kamu.!"

Cekalan di pergelangan tangan Jimin akhirnya mengendur Sampar terlepas kemudian, Yoongi lantas kembali menabrakkan punggung nya pada sandaran kursi.
Meskipun diucapkan dengan sangat datar, tapi perkataan Jimin sanggup membuat semua syaraf diotaknya melemah.
Yoongi yg menganggap waktu singkat ini adalah segalanya, tapi ternyata bagi Jimin tak berarti apa-apa.

THE REMAINING FEELING (YoonMin) ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang