ʕ• chap42 •ʔ

26 7 0
                                    

Guys, buat yang belum tahu Arka x Naya ada part maturenya yaaa. Biasa, di trakteer. Scroll aja partnya sampe ada yang judulnya what if. Soalnya aku lupa part berapa. Happy reading~

...
𓃬𓃬motocy'crush𓃬𓃬
•••






Tak menyangka mendapat restu dan sambutan yang luar biasa saat tiba di rumah Naya, Arka sedari tadi tak melunturkan senyum barang sedetik bahkan sesenti pun. Senyuman itu masih bertengger manis di wajahnya. Lengkungan mata yang membentuk bulan sabit kian menambah daya pikat pria itu.

Naya dan Arka kini berbincang-bincang di halaman belakang rumah. Area belakang rumah Naya lumayan luas. Di sana terdapat ayunan dari kayu, lalu di depannya ada kolam ikan beserta tanaman milik Mama Mary. Dan ada pula air mancur kecil di dindingnya. Rumput yang digunakan sebagai pijakan pun terlihat segar dan terawat. Hijau sekali. Padahal tanpa orang tau, itu bukanlah rumput asli, melainkan rumput sintetis.

Mama Mary sudah memperingatkan Naya untuk mengajak Arka beristirahat, karena pria itu habis berkendara dengan jarak tempuh lebih dari seratus kilometer. Namun, Naya bandel dan tetap mengajak pacarnya itu untuk berbincang ria di halaman belakang rumah. 

Maksud dari Mama Mary yang bilang kepada Naya untuk mengajak istirahat, tentunya bukan tidur bersama ya. Ada kamar lain di rumah Naya. Sehingga kamar lain yang dimaksudkan itu bisa dipakai Arka terlebih dulu. 

Kediaman Naya memiliki banyak kamar. Mengingat Mama Mary dan Papa Atma memiliki lima anak, sehingga rumah bergaya klasik itu tentunya mempunyai enam kamar. Lima untuk anak-anaknya, dan satu untuk kepala rumah tangga dan ibu rumah tangga. Namun karena anak-anaknya sudah bertumbuh besar dan sudah menikah, alhasil lima kamar itu kosong tak berpenghuni. Dulu Naya pernah memberi saran ke orang tuanya untuk membuka kos-kosan aja, alih-alih lima kamar itu menganggur. Naya pun tak keberatan kamarnya dipakai untuk bisnis.

Tetapi jawaban sang papa membuat Naya termenung kala itu, "terus kamu sama kakak-kakakmu kalo pulang mau tidur dimana? Jeberin karpet rame-rame depan tv? Tega? Mama sama Papa nggak se-kesepian itu kok, nak."

"Kamu ngapain aja di sana?" Tanya Naya begitu ayunan kayu itu mulai terayun pelan. Arka duduk di sampingnya, ikut terayun pula. Keduanya saling pandang dan lempar senyum. Arka bungah, Naya tak kalah bungah.

Pria itu sempat berpikir sejenak, "repot banget aku di sana. Diajak mama ke pasar, terus bakar-bakaran, terus pergi-pergi sama keluarga, aku bagian nyetir. Ya kadang gantian sama Mas Abel sih."

Kontan Naya mengulurkan tangannya, mengusap wajah Arka dengan sayang dan manja. "uucucu, capeknya pacar aku satu ini. Terus kabar keluarga di sana gimana? Sehat-sehat kan?"

Arka mengecup telapak tangan Naya yang menangkup pelipisnya, "iya, sehat kok."

Lantas Arka menarik kedua tangan perempuan itu, dan mengaitkan ke kedua pinggangnya. Keduanya saling peluk di atas ayunan kayu coklat itu.

"Arka..." Dipanggil begitu, Arka tak menjawab. Bahkan melirik ke bawah ke arah Naya pun ogah.

Naya berdecak, namun ia tetap menggodai Arka dengan menusuk-nusuk jakun pria itu. "Arkaaaaaaa...."

"Kenapa? Kenapa kok manggil aku gitu, hm?" Tanya Arka lembut sembari mencoba menjauhkan telunjuk Naya dari jakunnya.

"Kangen aja manggil namamu kayak gitu." Cicitnya pelan namun tampak mendayu di telinga Arka.

Sontak Arka menurunkan pandangannya, menatap Naya yang berada dalam dekapannya dengan lekat. "Bebas, yeobo... Kamu mau panggil aku apa aja boleh. Asal jangan sayang."

[1] MOTOCYCRUSHWhere stories live. Discover now