ʕ• chap48 •ʔ

32 9 0
                                    

...
𓃬𓃬motocy'crush𓃬𓃬







Seiring berjalannya waktu, mulai dari Arka pulang dari Magelang, lalu menjemput Naya yang sedang pulang kampung, sampai kembali lagi ke kediaman Naya beserta Mama Mina dan Papa Irfan, tentunya tak membuat Retha linglung sendirian.

Ya benar. Retha sudah mendapatkan pekerjaan dari lamaran yang ia ajukan sebelumnya. Meskipun tempat kerjanya lumayan jauh, Retha tetap tak ingin pindah dari kosan. Alasannya ya jelas, biar tak perlu membayar kosan. Uangnya bisa dibuat yang lain. Toh Mama Mina biasa-biasa saja tak memaksa.

"Terus lo nggak capek gitu bolak balik, jauh pula. Nggak pengen pindah kos aja?" Tanya Naya pada Retha. Kedua wanita itu sudah akrab sejak insiden ban motor Retha bocor itu. Sehingga kini keduanya nampak bercanda-canda tepat di kursi depan kamar Naya.

"lo kok pengen banget gue pindah? Tenang aja kali, gue udah gak bakal ngejar Arka. Kalian udah tunangan juga, ngapain gue masih ngemis-ngemis."

Tentu Naya tau hal itu. Mengingat Retha saat ini sudah berbeda dengan Retha yang dulu. Dan Naya merasakan perubahan itu.

"Ih apa sih, gue gak mikir gitu ya. Niat gue tuh baik, biar lo tuh gak kecapean! Kalo ada insiden kek kemarin kan enak, tinggal tuntun aja sampe kos. Terus gak kejebak macet juga. Disini kan gila-gilaan kalo macet."

"Tau. Tapi disini aja ah, gue udah nyaman. Terus enak juga gak bayar."

Sontak Naya menyenggol bahu Retha pelan, "jangan gitu. Dikit-dikit lo harusnya tetap bayar. Coba tanyain sama tawarin."

"Udah, dan Tante Mina biasa-biasa aja kok, gak narik gue."

Naya mendengus sebal, "ya gimana mau narik kalo lo aja gak coba ngomong."

"Dih sotoy!"

"EMANG!" Naya kepalang kesal, sontak ia sedikit menekan jawabannya tepat di telinga Retha seraya menyenggol tubuh Retha sampai terhuyung ke samping.

Keduanya terdiam sampai pintu kamar Misel terbuka. Retha pikir, perempuan itu hendak ikut bergabung bersamanya, namun ternyata hanya lewat mau goreng telur.

"Kalo mau bilang gitu........ Gimana?"

Naya tertawa remeh, "yeeee, kunyukkk!"

"Gini, lo harus datengin ke rumah Tante Mina. Bilang secara face to face kalo lo udah dapet kerja terus gajinya puji tuhan cukup banget buat ini itu. Terus lo giniin saya bayar kosan saja ya tan-"

"Gak ah! Ntar kalo diiyain gimana? Gak mau gue!" 

"Diem, bego! Dengerin gue ngomong ampe beres."

Retha kiceup, "gue yakin Tante Mina gak bakal narik lo duit, makanya pancing ngomong gitu. Kalo misal jawabannya gak usah Retha, uang Retha simpan saja gak apa, ditabung. Nah itu lo baru nawarin, saya bayar separuh gimana tan, saya gak enak. Dan kalo finalnya Tante Mina tetap gak ngebolehin, lo sujud syukur." Naya menjeda penjelasannya sejenak, "seenggaknya lo masih punya akal lah, Reth." Lanjutnya.

"Tapi kalo nanti Tante ngeiyain yang awal gimana?"

Naya menggeleng cepat, "gak bakal, percaya sama gue."

Tak ada Arka, ada hikmahnya juga. Keduanya mampu menghabiskan waktu bersama tanpa adanya distraksi ini itu. Mengobrolkan apa saja tanpa rasa iri satu sama lain. Benar-benar clear pertarungannya melawan rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan ini. Hanya dengan satu tindakan saja, Retha sadar sepenuhnya. Tunangan.








𓃬𓃬motocy'crush𓃬𓃬








Hari eksekusi tiba. Arka sudah mulai sangat sibuk-buk-buk. Dirinya sering berangkat pagi pulang malam. Dan ini bukan Arka sekali, menurut Naya. Dan kebetulan hari ini adalah weekend. Naya yang libur dapat ikut bersama Arka ke lokasi dimana jasa dekorasi pacarnya terpakai. Gedung Sawara, yang terletak di pusat kota.

[1] MOTOCYCRUSHWhere stories live. Discover now