Tidak terasa, Amora sedang menjalani hari terakhir dari ujian akhir semesternya. Setelah liburan nanti, dirinya akan naik ke kelas dua belas, masa-masa terakhir dari bangku SMA-nya.
Hari-hari Amora berjalan dengan sangat baik. Tidak ada keributan, tidak ada drama. Tidak seperti masa dulu.
Setiap pagi, Amora tak berhenti bersyukur karena masih diberi kehidupan yang baik sampai saat ini.
Pandangan orang-orang terhadap Amora kini semakin berubah. Tidak ada lagi yang menyebutnya sebagai cegil Allister. Tidak ada pula yang menjelek-jelekkan dirinya di belakang karena sikapnya pada Hana.
Amora bahkan sudah tidak pernah berbicara dengan Evelyn lagi. Beruntung, kakak kelasnya yang satu itu lulus dari Dharma Yudha beberapa hari setelah pembagian rapor.
Omong-omong, Evelyn tidak banyak bicara saat Amora memintanya untuk tidak lagi mengganggu Hana. Pikirnya, mungkin karena Evelyn sudah kelas dua belas dan akan menghadapi ujian akhir kelulusan, jadi dia memilih lebih fokus untuk belajar daripada melanjutkan permainan bullying bersama Amora.
Tapi ada satu perkataan Evelyn yang sedikit mengganggu Amora sebelum mereka berpisah di lorong dekat area kolam renang sekolah yang sepi itu.
"Gue kira kita satu visi," ungkap Evelyn kala itu, menghentikan langkah Amora yang hendak pergi.
"Apa cewek itu berhasil ngelabuin lo juga akhirnya?" ada nada remeh dalam suara Evelyn.
"Padahal gue tau muka dia yang satunya berkat lo, lho," Evelyn menatap Amora tepat di manik mata.
"Anyway, kalau lo milih buat berdamai sama dia, gue nggak ada hak buat ngelarang atau marah. Pesen gue cuma satu," Evelyn berjalan mendekat, memposisikan dirinya satu langkah dari tempat Amora berdiri.
"Don't be fooled by that naive-looking sheep in front of you, and don't turn into a fool yourself (Jangan ketipu sama domba yang keliatan naif di depan lo itu, dan jangan berubah jadi orang bodoh itu sendiri)," setelah berkata demikian, percakapan mereka berakhir.
Evelyn tidak lagi mencari-cari Amora, pun dengan teman-teman satu gengnya. Amora sukses menjalankan misi menghilangkan gangguan utama dalam hidup Hana untuk menyelamatkan hidupnya sendiri.
Walau sepertinya Amora paham dengan siapa orang yang dibicarakan oleh Evelyn waktu itu, tapi otaknya menolak untuk percaya. Karena sosok Hanako Kusumaningrum yang ia tau bukanlah sosok seperti yang Evelyn jabarkan.
Masih ada dua puluh menit sebelum jam ujian terakhir selesai, tapi Samara dan Amora sudah merapikan alat tulis mereka masing-masing. Keduanya menempati ruang ujian yang sama, bangku mereka pun berseberangan.
Samara lebih dulu mengumpulkan lembar jawabannya pada guru pengawas. Amora menyusul tak lama kemudian, membawa serta tasnya untuk keluar kelas setelah menyerahkan lembar jawaban di meja guru.
"Liburan ini lo mau ngapain, Sam?" tanya Amora saat mereka sama-sama duduk di bangku panjang depan kelas, menunggu bel berakhirnya waktu ujian berbunyi.
"Les tambahan, mungkin," jawab Samara seadanya.
"Lo nggak liburan bareng keluarga lo?" tanya Amora lagi.
"Gue libur, bukan berarti ortu gue juga ikut libur," Samara mengendikkan bahu.
Benar juga.
Papi Amora juga pasti tetap akan sibuk di kantor saat dirinya liburan sekolah nanti. Biasanya sebelum ini Amora akan menghabiskan liburan untuk menambah les musiknya, atau travelling sendiri ke Jepang atau Singapura.
Papinya tidak akan khawatir kalau Amora pergi sendiri ke Jepang, karena ada keluarga almarhumah maminya di sana. Amora biasa menginap di rumah ojisan-nya dan menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan bersama Ren, sepupunya yang lebih tua tiga tahun.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
Teen FictionAmora cinta mati dengan Allister. Tidak, lebih tepatnya, ia tergila-gila dengan lelaki populer di SMA-nya tersebut. Segala cara Amora lakukan untuk mendapatkan Allister. Termasuk, merundung seorang siswi beasiswa bernama Hana yang mendapat perhatian...