Selesai sarapan di ruang tengah berdua dengan Samara, Amora sudah siap untuk berangkat menjelajah beberapa destinasi menarik di Hokkaido. Dirinya sudah menyiapkan beberapa list tempat yang akan dikunjungi bersama Samara.
Sayangnya Ren tidak bisa banyak menemani mereka. Kakak sepupu Amora tersebut sedang berada di antara gempuran tugas kuliah untuk ujian tengah semesternya.
"Nii-san ingin sekali menemani kamu jalan-jalan," keluh Ren saat kemarin menyambut kedatangan Amora dan Samara.
"Besok setelah Nii-san selesai dengan semua tugas sialan ini, Nii-san janji akan temani Mora-chan jalan-jalan sepuasnya," sambung lelaki itu.
Biarpun terdengar berlebihan, Amora mengerti kekesalan Ren yang tidak bisa ikut dengannya berjalan-jalan menyusuri kampung halamannya. Amora hanya satu-dua kali berkunjung ke Jepang dalam satu tahun, itu pun tidak bisa lama-lama.
Di kesempatan yang jarang-jarang tersebut, Ren malah terjebak dengan tuntutan kuliahnya yang sudah memasuki tahun ketiga, tahun tersibuk para mahasiswa. Menjadikan waktunya untuk bercengkrama dengan adik kesayangannya semakin terbatas.
Karena Ren anak tunggal, ia jadi sangat sayang dengan Amora. Sama-sama tumbuh sebagai anak satu-satunya di lingkungan keluarga pebisnis membuat keduanya sangat dekat sejak kecil.
Kakarauri Gou, paman Amora, adalah seorang pebisnis tersohor di Jepang. Usahanya meliputi industri pariwisata dan agrikultur moderen. Gou sama seperti Alan yang selalu sibuk dengan urusan kantor setiap harinya. Yang berbeda, karakter Gou lebih tegas dan keras daripada Alan yang lembut dan hangat.
Meski wajahnya sekilas tampak seram, Gou selalu memperlakukan Amora layaknya putrinya sendiri. Pria bewibawa itu bisa berubah teduh saat sedang berbicara dengan Amora, anak dari mendiang adik perempuannya.
"Udah siap berangkat, Sam?" Amora melongok ke dalam kamar Samara dari pintunya yang terbuka sedikit. Kamar mereka bersebelahan, berada di sisi timur bangunan.
"Kita jadi ke mana hari ini?" Samara malah balik bertanya, berjalan menghampiri Amora sambil menggulung rambutnya dan menjepitnya dengan sebuah jepitan besar warna putih tulang.
"Mumpung masih pagi, kita ke Shikisai no Oka Garden dulu," jawab Amora sambil memperhatikan outfit Samara hari ini.
"Kita sama-sama pakai t-shirt hitam," lanjutnya diiringi senyum.
Samara melihat ke arah pakaiannya sendiri lalu beralih pada pakaian Amora. Ia langsung mengangguk setuju.
Samara hari ini memutuskan untuk tampil santai dengan oversize t-shirt hitam AlphaTauri, celana baggy warna broken white, dan sling bag hitam kecil. Ia juga menenteng sebuah kamera DSLR di bahunya.
Sedangkan Amora sudah rapi dengan buttons ribbed crop top hitam Chanel yang dipasangkan dengan high waist short pants hitam agar bagian perutnya tidak terekspos, dan sebuah tote bag warna cream dari Stella McCartney yang memuat segala barang bawaannya.
"Jangan bilang lo pakai sneakers putih juga?" mata Samara menyipit, sementara mata Amora membulat.
"Sama!" seru Amora.
Mereka lalu tertawa. Keduanya berjalan menuju pintu keluar dan mendapati Ren dan seorang laki-laki seumurannya sudah menunggu di dekat rak sepatu.
"Ohayo (Pagi)," sapa Ren.
"Ohayo!" balas Amara dan Samara bersamaan. Mereka kemudian memakai sepatu putih masing-masing. Samara dengan sneakers klasik Nike miliknya, dan Amora dengan sneakers bersol lebih tebal dari Philipp Plein.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
Teen FictionAmora cinta mati dengan Allister. Tidak, lebih tepatnya, ia tergila-gila dengan lelaki populer di SMA-nya tersebut. Segala cara Amora lakukan untuk mendapatkan Allister. Termasuk, merundung seorang siswi beasiswa bernama Hana yang mendapat perhatian...