Teruntuk tim 'gas-maju terus-pantang mundur'-ku, enjoy this new chapter 😘
---
Ini adalah hari terakhir dari serangkaian pekan panjang Ujian Sekolah bagi siswa-siswi kelas 12 SMA Swasta Dharma Yudha. Mereka sudah mengerahkan seluruh kemampuan demi berhadapan dengan puluhan soal dan rentetan tugas praktek untuk sebuah kata 'LULUS' dalam rapor masing-masing.
Tidak hanya itu, mereka juga harus bergelut dengan persiapan memasuki perguruan tinggi impian. Mendaftar di berbagai jalur seleksi, mempertimbangkan urutan pilihan universitas, sampai mempersiapkan mental bila takdir membawa tulisan "TIDAK LULUS SELEKSI" tampil di laman website pengumuman.
Selesainya ujian mata pelajaran PPKn menjadi tanda berakhirnya Ujian Sekolah di Dharma Yudha. Siswa-siswi kelas 12 yang telah menyelesaikan ujian berhambur memenuhi area kantin, taman, sampai perpustakaan.
Suasana sekolah tidak seramai biasanya. Karena selama satu pekan ini murid-murid kelas 10 dan 11 diliburkan oleh pihak sekolah, agar suasana ujian kakak-kakak kelas mereka bisa berjalan lebih kondusif.
Sekian lama tidak berkumpul karena fokus dengan persiapan ujian masing-masing, siang ini Amora, Samara, bersama Narendra dan teman-temannya terlihat menempati satu meja yang sama di kantin.
Sekarang tidak ada lagi yang terkejut saat melihat mereka bersama. Satu hal yang membuat orang-orang heran, kenapa kali ini Hana dan Gia ikut duduk bersama perkumpulan borju itu?
"Lo-lo pada udah daftar di univ mana aja kemarin?" suara Bara di sela kunyahan focaccia sandwich miliknya terdengar sampai meja sebelah.
Maklum, pada dasarnya suara laki-laki satu itu memang sudah menggelegar dan mustahil untuk tidak tertangkap telinga tetangga.
"Gue udah keterima di Ilmu Hukum-nya Dwarda," Samara yang pertama menjawab, memberikan tatapan datar pada wajah speechless Bara.
"Lo, kok, udah nyuri start duluan, sih, Samsam?!" Bara menunjuk-nunjuk Samara dengan garpunya.
"Bukan nyuri start, bego! Lo nggak tau ada yang namanya seleksi jalur akademik yang dibuka duluan buat daftar univ?" sembur Samara.
"Hah, emang iya?" Bara membulatkan matanya, menatap kedua sohibnya bergantian, mencoba mencari kebenaran.
Narendra dan Allister hanya memberikan pandangan malas pada teman mereka.
"Kok, nggak ada yang ngasih tau gue, sih?" Bara menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
Samara berdecak tidak percaya. "Waktu guru BK ngasih pengarahan tentang pendaftaran univ lo ke mana, hah? Bolos nyebat di deket gudang?!" tuduhnya.
"Heh, sembarangan!" Bara mendelik tidak terima. Enak saja ia dituding membolos demi melakukan hal yang tidak baik.
Yah, walaupun sebenarnya Bara memang cukup menggemari kegiatan menghisap nikotin yang ada dalam electrical mod miliknya itu, sih. Tapi tidak sampai membolos juga!
"Gue waktu itu dateng, ya! Tanya aja sama Al, dia duduk di sebelah gue," telunjuk Bara mengarah pada Allister yang masih anteng memakan taco bowl-nya.
"Lo dateng juga cuma buat tidur siang, Bar," beber Allister enteng.
Samara sontak memutar bola matanya, sudah menduga kalau Bara memang benar-benar tidak menyimak penjelasan guru BK waktu itu.
"Ck, buka-buka kartu gue aja, lo, Al," Bara mengerucutkan bibirnya, membuat sebuah gulungan tisu melayang mengenai wajahnya.
"Najis banget muka lo," sahut Narendra, si pelaku pelemparan.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
Teen FictionAmora cinta mati dengan Allister. Tidak, lebih tepatnya, ia tergila-gila dengan lelaki populer di SMA-nya tersebut. Segala cara Amora lakukan untuk mendapatkan Allister. Termasuk, merundung seorang siswi beasiswa bernama Hana yang mendapat perhatian...