Narendra
Pesawatnya udah mau take-off.
Besok kabarin kalau udah sampai di rumah Ojisan.
Aku udah pesen ke Ren buat awasin kamu.
Jangan bandel.
Amora tersenyum kecil membaca deretan pesan dari Narendra yang baru dibacanya setelah bangun tidur.
Dini hari tadi, tunangannya itu sudah lebih dulu berangkat menuju Bandar Udara Internasional Kuala Lumpur sebelum melanjutkan ke Bandar Udara Internasional Zurich bersama Gala. Niatnya Amora ingin ikut mengantar, tapi tentu saja Narendra menolak mentah-mentah.
Kalau jadwal keberangkatan pesawatnya siang atau sore, Narendra tidak akan ribut melarang Amora datang. Masalahnya, sang papa, Manggala Hardinata yang kelewat rajin itu, memesan penerbangan paling pagi.
Katanya, biar waktu mereka tidak banyak terbuang.
Padahal Narendra paling malas kalau harus terbang dini hari. Ia lebih suka jadwal penerbangan sore atau malam agar sepanjang perjalanan dirinya bisa tidur di pesawat.
Amora sendiri akan berangkat hari ini bersama Samara. Papanya sudah memesankan dua tiket pesawat kelas bisnis menuju Bandara Chitose di Sapporo. Dari sana baru mereka akan melanjutkan ke daerah Asahikawa tempat rumah paman Amora berada.
Pesawatnya akan terbang pukul empat sore nanti. Masih ada cukup waktu bagi Amora untuk mengecek kembali isi kopernya dan keperluan yang lain. Sebelum itu, Amora harus membalas pesan Narendra dulu.
Meski saat ini Amora yakin Narendra dan Gala masih berada di dalam pesawat. Kemungkinan mereka baru akan landing besok pagi. Pasti melelahkan sekali terbang selama 35 jam menuju belahan bumi lainnya.
Amora jadi tidak enak karena perjalanan Narendra dari Berlin ke Jepang nanti akan memakan waktu yang hampir sama lamanya. Ditambah, Narendra harus transit beberapa kali sebelum bisa sampai ke Hokkaido. Karena setau Amora, sampai saat ini belum ada rute penerbangan dari Berlin ke Hokkaido secara langsung.
Duduk di tepi ranjangnya, Amora mulai mengetik pesan balasan pada Narendra.
Me
Jangan lupa sesekali istirahat.
See you very soon di Jepang nanti.
Semangat kerjanya and take care.
Setelah memastikan pesannya terkirim, walau masih centang satu, Amora beranjak untuk mencuci wajahnya di kamar mandi.
**
Pukul tiga sore, Amora dan Samara sudah berada di bandara, menunggu panggilan keberangkatan pesawat mereka. Samara datang lebih dulu satu jam yang lalu, disusul Amora lima belas menit kemudian.
Setelah menyelesaikan proses check-in, keduanya memutuskan untuk menunggu di salah satu coffee shop. Amora memesan satu cup iced flat white dan sepotong bluberry cheesecake, sementara Samara memilih menikmati satu cup iced mocha latte.
Sebenarnya Amora merasa cukup lapar karena tadi siang ia tidak sempat makan. Waktu terasa berlalu sangat cepat saat Amora memeriksa ulang persiapannya untuk liburan. Tau-tau jam dinding kamarnya sudah menunjuk pada pukul dua belas lebih. Amora bergegas merapikan kopernya dan bersiap berangkat ke bandara.
Jarak rumah Amora dengan bandara lumayan jauh. Ia harus berangkat lebih awal kalau tidak mau ketinggalan pesawat. Belum lagi lalu lintas ibukota yang sedang ramai-ramainya di masa liburan sekolah seperti sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
Teen FictionAmora cinta mati dengan Allister. Tidak, lebih tepatnya, ia tergila-gila dengan lelaki populer di SMA-nya tersebut. Segala cara Amora lakukan untuk mendapatkan Allister. Termasuk, merundung seorang siswi beasiswa bernama Hana yang mendapat perhatian...