Puas menggoda dan mengerjai Amora, Narendra menggiring gadis itu untuk duduk di tepi tempat tidurnya, lalu dirinya mengambil selembar kaus polos dari walk in closet untuk dipakai.
Amora mengambil kesempatan itu untuk mengambil napas dalam-dalam dan menenangkan diri. Memang kurang ajar sekali Narendra membuat jantung Amora jumpalitan pagi-pagi begini!
"Nggak biasanya kamu ke sini pagi-pagi, Ra. You need anything?" Narendra yang sudah lengkap berpakaian duduk di samping Amora kemudian menjatuhkan badannya di atas ranjang.
"Aku dateng buat kasih kamu sesuatu," ucap Amora, memiringkan tubuhnya agar bisa menghadap Narendra.
"Buat aku?" merasa tertarik, Narendra bangkit dari posisi rebahannya.
Amora mengambil sebuah goodie bag besar yang sedari awal dibawanya. Narendra segera mengambil alih tas berwarna putih tersebut dari tangan Amora. Laki-laki itu langsung berdecak saat merasakan bobot tas yang berat.
"Kamu bawa-bawa ini sendiri dari tadi?" tanyanya tak suka.
"Mhm," gumam Amora sebagai jawaban.
"Kamu bisa minta tolong Mbak Lala atau Bi Rati bawain, lho, Ra. Ini berat banget buat kamu angkat pakai tangan kamu yang baru sembuh," mata Narendra sudah menyipit mengamati tangan kanan Amora yang sudah mulus dan tak lagi terbungkus perban.
"Nggak begitu berat, kok," bukannya menurut, Amora malah menimpali enteng.
Narendra mendesah. Bola matanya bergulir pada kotak di dalam goodie bag yang sekarang berada dalam pangkuannya.
"Ini apa?" tanya Narendra.
"Buka aja. Aku beli buat kamu, sebagai tanda terima kasih karena kemarin kasih saran ke Mama buat bawa aku ke klinik di Korea," tutur Amora.
"I don't know how to repay your kindness. Jadi aku harap barang ini bisa sedikit nunjukin my great gratitude to you," lanjutnya diiringi senyuman.
Tangan Narendra yang bertumpu di atas goodie bag terangkat untuk merangkum wajah mungil Amora. Gadis itu terlihat menahan napas saat Narendra mendekatkan wajahnya.
Melihat ekspresi tegang dan kaku sang tunangan yang juga dihiasi semburat merah muda di kedua pipinya, membuat Narendra terkekeh kecil.
Tawa yang membuat Amora tanpa sadar menggigit bibir bawahnya.
"Ara," panggil Narendra halus, menggesekkan ujung hidungnya dengan hidung bangir Amora.
Lelaki itu menatap dalam kedua bola mata jernih tunangannya. "Aku harap, in the days ahead, kamu bisa bicarain tentang keresahan-keresahan kamu sama aku. Izinin aku buat jadi pendengarmu, so that I can help you to alleviate or eliminate that anxiety (jadi aku bisa bantu buat ringanin atau hilangin kegelisahan itu). Ya?"
Mendengar Narendra berbicara begitu lembut dan penuh pengertian, Amora mengangkat tangan kanannya untuk menangkup satu tangan Narendra di pipinya. Ibu jarinya mengusap punggung tangan lelaki itu perlahan.
"Thank you so much, Ares. Thank you for being so caring and understanding all these times (makasih karena udah perhatian dan pengertian banget selama ini)," bisik gadis itu begitu manis.
Seakan diserbu ribuan kupu-kupu yang mengalirkan kejutan listrik beraliran rendah, Narendra terpana.
Kini giliran dirinya yang kelabakan, salah tingkah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIX YOU
Teen FictionAmora cinta mati dengan Allister. Tidak, lebih tepatnya, ia tergila-gila dengan lelaki populer di SMA-nya tersebut. Segala cara Amora lakukan untuk mendapatkan Allister. Termasuk, merundung seorang siswi beasiswa bernama Hana yang mendapat perhatian...