by ZheniteVirai
part of zhkansas
40
"Sst. Diamlah." Kaisar Ares memperbaiki posisi baringnya sambil memeluk Asia erat. "Jantungmu berdebar kencang."
Asia memejamkan mata. "Aku takut, Yang Mulia. Aku tidak siap."
"Aku tidak akan melakukan apa pun. Kita hanya akan berpelukan seperti malam-malam biasanya."
Asia sedikit termakan omongan Kaisar Ares. Dari nada suara Kaisar Ares memang terdengar meyakinkan. "Benarkah?"
"Kau juga pasti lelah seharian menyapa para rakyat." Kaisar Ares mengecup kening Asia. "Istirahatlah, Anastasia-ku."
"Benar, aku lelah, tapi aku tetap belum siap untuk melakukannya di malam kedua, malam ketiga, malam keempat, malam kelima—"
"Kapan kau siap?"
Asia menggeleng pelan sambil menarik tali baju tidur Kaisar Ares. "Aku tidak tahu."
"Aku akan menunggu kau siap. Kapan pun itu." Kaisar Ares mengusap dagunya di puncak kepala Asia. "Aku ingin bertanya sesuatu."
Asia meneguk ludah. "Apa, Yang Mulia...?"
"Di data yang Nyonya Belle kumpulkan tentangmu, kau berumur dua puluh enam tahun."
"Benar!" Asia hampir lupa fakta itu. Selama ini, Kaisar Ares terlihat lebih dewasa darinya. "Aku lebih tua dua tahun dari Anda, Yang Mulia. Aku adalah seorang kakak perempuan."
Kaisar Ares mengernyit. "Dilihat bagaimana pun, kau sepertinya masih sekitar tujuh belas tahun. Kau tidak memalsukan usiamu di dimensi lain itu kan?"
"Tentu tidak. Untuk apa juga aku memalsukan usiaku? Di dimensiku, aku tak mungkin mau repot-repot untuk mengubah identitasku."
Kaisar Ares menghela napas. "Aku telah memikirkan untuk tidak terlalu terburu-buru memaksamu melahirkan anak-anak kita. Kau takut, kan? Tak apa-apa. Aku juga merasa khawatir karena kau terlihat rapuh. Lihatlah. Tubuhmu sepertinya akan remuk jika aku peluk lebih erat lagi."
Mulai sekarang, Asia memutuskan untuk sering sakit-sakitan saja. Daripada terlihat sehat bugar dan akan dipaksa untuk melahirkan anak. Perempuan itu menghela napas. Kelopak matanya tertutup, tetapi dia tak bisa tidur sama sekali. Padahal semua sudah aman karena Kaisar Ares tak akan melakukan apa pun padanya. "Yang Mulia, aku sulit tidur."
"Aku ada kabar baik. Mungkin kau akan langsung tidur nyenyak setelah mendengar ini."
Asia yang tidur menyamping, mendongak pada Kaisar Ares. Laki-laki itu juga menundukkan wajah saat menatapnya. "Apa, Yang Mulia?"
"Mulai besok kau kuizinkan keluar istana dan yang mengawalmu dari dekat cukup pelayan-pelayan pribadimu saja. Aku tidak akan menempatkan para Kesatria dari dekat jika itu membuatmu tak nyaman."
Asia menyunggingkan senyum lebar dan matanya berbinar. "Benarkah?"
Kaisar Ares mengangguk. "Kau boleh jalan-jalan di luar waktu belajar."
"Waktu belajar?"
"Benar. Ada banyak yang harus kau pelajari sebagai seorang permaisuri," balas Kaisar Ares. "Aku ingin membuatmu belajar banyak hal tentang tugas pemaisuri sebelum menikahimu, tapi aku takut kau kabur dariku sebelum aku mengikatmu. Jadi, kau baru bisa belajar mulai besok."
Asia tersenyum pasrah, menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Kaisar Ares. "Yang Mulia, mengapa Anda tidak menjadikanku sebagai selir saja? Aku ingin menuliiiis! Menjadi pengarang cerita-cerita fiksi. Bukan menjadi ibu negara!"
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lord is a Tyrant
FantasyAnastasia Hyacinth terjebak di dimensi lain dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menjadi penulis fiksi pertama di dunia itu, terutama di Kekaisaran Carlos. Dia bersembunyi di balik nama weivterces, kebalikan dari nama penanya di dunia aslinya...