Selamat malam pembaca Kisah Elsa. Ada yang nungguin nggak sih? 🌞
Masih lanjut, yaa. Yang ini mungkin agak pendek. Cuus baca ajaaa. Semoga sukaa. 🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻
❄️❄️❄️
Elsa tak dapat tidur. Pikirannya sungguh tidak tenang. Setelah mandi, dia mencoba untuk istirahat, tetapi matanya enggan terpejam. Ia kepikiran dengan ponselnya yang hilang. Bagaimana jika anak itu melihat notifikasi m-banking atau SMS banking, lalu pergi ke ahli retas? Pikiran ngawur gadis itu membawa kakinya tiba di depan sebuah ATM pada pukul sepuluh malam. Elsa lantas memasukkan kartu debit lalu memilih menu cek tabungan.
Nol di monitor menunjukkan jumlah yang sama dengan yang terakhir Elsa lihat pada ponsel Dygta. Uangnya sangat aman, si anak belum berhasil mengambil uang itu. Elsa pun menarik napas lega. Ia berniat mengecek riwayat mutasi rekening guna mencatat nomor rekening Dygta. Namun, Elsa menjadi ragu-ragu. Apakah dia akan mengembalikan uang ini utuh-utuh?
Elsa membutuhkan uang. Empat hari mustahil Elsa mendapatkan 28 juta. Sementara di depan matanya, nol-nol itu sedang mengejek dan mencemooh keangkuhannya. Apakah Elsa boleh mengambil hak orang lain, dalam hal ini nasib seorang anak yang akan lahir tanpa ayahnya? Bolehkan Elsa melakukannya?
Elsa belum memutuskan apa-apa hingga pagi tiba. Ketika embun masih turun, sepasang kakinya telah menuruni anak tangga menuju jalanan kompleks. Elsa memasukkan kedua tangan ke dalam saku jaketnya. Sebelum naik ojek, Elsa kembali mampir ke ATM.
"Masih ada." Elsa bergumam dan menarik kembali kartunya ke dalam tas kecil.
Hari itu Elsa bekerja dengan pikiran yang melanglang buana kepada uang dalam tabungannya. Apa yang akan dia lakukan dengan tawaran Dygta? Sementara itu, orang yang biasanya telah tiba paling lambat pukul sepuluh untuk menjemputnya, malam ini tak tampak batang hidungnya. Ke mana Dygta?
"Pulang dengan siapa, El?" tanya Arnis, menyadari bahwa Elsa tak dijemput.
"Makanya jangan pernah bergantung sama laki-laki. Hidup mandiri lebih untung, nggak akan bikin kerjaan keganggu karena ribut-ribut kecil," komentar Wawa ketika gadis itu memasang jaketnya, bersiap untuk pulang.
"Gojek, Kak." Elsa tak berharap, sungguh. Namun, matanya mengkhianati. Mereka membuat leher Elsa menoleh beberapa kali ke lapak penjual mainan.
"Ayo ke pinggir jalan sama aku. Tungguin ojeknya di sana aja, yuk."
Elsa pun menurut. Ia naik ke bangku penumpang sepeda motor matic milik Arnis.
"Kak Arnis ada kuota?" tanya Elsa.
"Maksudnya kuota internet?"
Elsa mengiyakan. "Boleh kupakai memesan Gojek?"
Arnis lantas menyerahkan ponselnya ke tangan Elsa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Elsa (Complete)
General Fiction((Tiga Bersaudara Series)) #1 Terjebak pernikahan dengan playboy, tentu saja Elsa merasa hidupnya langsung jungkir balik. Padahal selama ini Elsa dan Dygta telah berhasil mematahkan anggapan bahwa tidak ada yang namanya persahabatan di antara cowok...