Hai hai, Elsa kembaliiii. Masih menunggu update cerita ini?
Selamat membacanya. Jangan lupa komentar inline, yaaaa. 🌻🌻🌻
❄️❄️❄️
Ibu Kota menyambut kedatangan Elsa dan suaminya dengan rintik hujan. Selama dalam mobil jemputan, Elsa memikirkan sikap diamnya Dygta sejak tadi pagi. Elsa bertanya-tanya dalam hati, apa yang terjadi dengan Dygta, karena Dygta tak pernah sediam ini. Cuaca pun mendukung suasana dalam mobil yang dingin dan tenang. Melihat Dygta yang seperti itu, Elsa tak berani untuk memulai bicara lebih dulu. Bahkan untuk bertanya ke mana tujuan mereka.
Akhirnya, Elsa menanyakannya kepada Pak Supir di depannya. "Hm. Pak." Elsa memanggil ragu-ragu. Sempat ia lirik Dygta di samping kiri, tak memperhatikannya sama sekali.
"Pak?" panggil Elsa sekali lagi dengan suara sangat pelan.
Pak Puro kaget. "Oh, Neng. Iya, kenapa, Neng?" tanya Pak Puro mengintip melalui spion tengah.
"Mobilnya mau ke mana, Pak?" tanya Elsa bertambah pelan, membuat Pak Puro berkata 'hah' sebagai refleksnya.
"Eh, maaf. Pak Puro kurang dengar. Neng tadi nanya apa, ya?" pintanya sopan.
Elsa hendak mencondongkan tubuh ke depan. Tangannya justru ditarik hingga ia tertarik ke bangkunya kembali.
"Berisik. Ikut aja," ujar Dygta yang bersandar sambil menutup mata. Ia langsung melepaskan tangan Elsa.
"Nggak jadi, Pak," ucap Elsa tak enak.
Mobil memasuki kawasan dengan gedung-gedung tinggi. Akhirnya, roda empat itu berhenti di depan sebuah gedung yang tadi Elsa lihat dari jauh ketika memasuki kompleks. Elsa menebak jika ini adalah tempat tinggal Dygta yang tak pernah Elsa ketahui.
Melihat Dygta keluar terlebih dulu, Elsa juga buru-buru mengikuti lelaki itu. Dygta melangkah lebar-lebar, dengan kaki pendeknya Elsa terpaksa berlari supaya tidak ketinggalan. Sementara itu, Pak Puro yang menarik koper milik Elsa sudah tertinggal jauh.
Elsa terpukau oleh bangunan yang dilapisi marmer tersebut. Lantainya berkilau dan licin. Elsa takut kakinya akan terpeleset, walaupun ia telah memakai sepatu converse. Pendingin ruangan terasa menyejukkan kulit wajah. Elsa merapikan rambutnya yang terlihat berantakan melalui pantulan pintu lift. Dygta telah menekan lift yang sedang berada di lantai dua belas. Sementara itu, Elsa memandangi sekitarnya yang terkesan mewah. Ia mengasihani diri yang terlalu kampungan, yang melihat lobby saja ia sudah takjub. Tak lama Pak Puro telah berdiri di belakang mereka.
"Pak kopernya biar saya aja yang bawa. Bapak boleh pulang istirahat." Elsa hendak menarik koper yang ada di tangan sopir Mama Ayu.
"Ha? Nggak usah, biar Pak Puro aja," tolak lelaki sepuh itu.
"Begitu, Pak?"
Pak Puro mengangguk dan mengatakan terima kasih dalam bahasa Jawa.
Lift berdenting pintu besi terkuak. Dygta masuk lebih dulu. Elsa berlari kecil ke belakang suaminya. Disusul Pak Puro yang berdiri di depan mereka dengan sebuah koper. Dinginnya ruangan kecil itu membuat Elsa mengantuk. Ia pun bersandar ke dinding. Sesekali matanya hampir terpejam, tetapi buru-buru dibukanya lagi. Ia berusaha untuk tetap segar dengan menepuk-nepuk pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Elsa (Complete)
General Fiction((Tiga Bersaudara Series)) #1 Terjebak pernikahan dengan playboy, tentu saja Elsa merasa hidupnya langsung jungkir balik. Padahal selama ini Elsa dan Dygta telah berhasil mematahkan anggapan bahwa tidak ada yang namanya persahabatan di antara cowok...