❄️[30]❄️ Pertaruhan Jiwa

385 57 30
                                    

Halooo, pembaca Kisah Elsa!! 🥰🥰🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Halooo, pembaca Kisah Elsa!! 🥰🥰🥰

Terima kasih, sudah sabar mengikuti kisah ini. 😚😚

Kisah Elsa akan berakhir di sini. 😚😚😚😚😚

Extra part akan Kasev sertakan dalam buku dan Karyakarsa, ya! ❤️

❄️❄️❄️

Elsa mengalami mimpi buruk, hingga saat terbangun tubuhnya lelah sekali. Tulangnya lemas, bernapas juga susah. Ia ingin menutup matanya sepanjang hari. Mungkin karena dia terlalu banyak bekerja. Ya, pasti karena shift kerjanya yang tiada henti. Tubuhnya protes minta waktu tidur yang banyak.

Namun, suara yang ia kenal memanggil-manggilnya. Elsa tahu siapa orang yang paling sering mengganggu lelap paginya. Selalu seperti itu ketika dia ingin lanjut tidur, Dygta akan mengetuk pintu kos untuk numpang mandi serta sarapan. Dengan malas Elsa membuka matanya.

"Sayang!"

Elsa menangkap kata itu dengan baik. Wajahnya menampilkan raut kebingungan. Diperkuat dengan penampilan Dygta yang kacau. Matanya merah dan wajahnya penuh bulu halus. Rambutnya terikat, tapi kelihatan berminyak. Sudah pasti lelaki itu tidak mandi-mandi.

"Siapa sayangnya kamu? Pacar baru lagi?" tanya Elsa mencoba bicara. Suara yang dihasilkan oleh pita suaranya parau.

"Kayaknya tanda akan batuk. Tolong ambilkan air minum," pintanya, mengangkat sebelah tangan.

Kedua alis Elsa nyaris bersatu melihat tangannya yang ditempeli selang kecil.

"Hah, aku sakit apa? Kok bisa diinfus, Dyg? Kamu yang bawa aku ke rumah sakit?" tanyanya beruntun dengan lemah.

Elsa tidak mendapatkan jawaban. Ia melihat Dygta menangis sebelum berdiri untuk memanggil dokter. Elsa tak jadi diberi minum.

"Kepalaku pusing," keluh Elsa.

Matanya jatuh pada Dygta yang tampak bagaikan orang kurang waras yang tak kenal kebersihan

"Ada janji, ya, sama pacar kamu? Aku nggak apa di sini sendirian. Kamu pergi aja. Bersihin dulu itu muka. Serem lihatnya."

Kata-kata yang dikeluarkan Elsa itu malah membuat Dygta semakin bersedih. Elsa sampai heran melihat sahabatnya itu. Elsa mencoba duduk. Dygta yang dikira takkan peduli, menolongnya.

Elsa melihat ke perutnya yang gendut. Sambil duduk, dia bertanya-tanya kenapa perutnya seperti orang hamil? Elsa dari dulu kurus, perutnya setipis loyang nastar kalau kata Inara.

Nama Inara memancing suatu ingatan yang terlupakan. Elsa mendapatkan satu per satu ingatannya. Awalnya pelan, lalu datang begitu banyak dan cepat sampai kejadian terakhir yang ia alami. Refleks dia mendorong Dygta kemudian melindungi bayinya.

Bibirnya terkunci rapat dengan getar tangis yang mulai muncul. Semakin erat ia peluk bayi dalam perutnya seakan dunia boleh menyakitinya, tetapi bayinya tidak boleh disentuh.

Kisah Elsa (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang