Sebagai bentuk pertemanannya dengan Hanin, Irham sudah merencanakan banyak hal yang akan mereka lakukan. Padahal sebenarnya hal ini salah satu bentuk Irham merasakan rasanya berkencan dalam hidupnya kendati status mereka hanyalah teman dekat. Irham sebenarnya tidak tahu bagaimana perasaan Hanin padanya, yang jelas Irham sangat menyukai Hanin bahkan hingga detik ini. Namun sekali lagi, karena keadaannya Irham tidak bisa mengungkapkan perasaannya. Irham harus menyembunyikan rasa ini selamanya.
Keluar berdua bersama Hanin seperti ini akan Irham anggap sebagai kencan, kendati Hanin tidak mengerti perasaannya dan ia juga tidak mengetahui perasaan gadis itu. Mereka sekarang berada di perpustakaan daerah. Sejak beberapa hari yang lalu setelah mereka pergi ke kebun binatang, Hanin memintanya untuk pergi ke perpustakaan daerah lalu setelahnya mereka akan mampir ke toko buku yang letaknya pun tidak jauh dari sini. Berhubung Minggu ini tidak ada jadwal kemoterapi, Irham mengiyakan permintaan Hanin. Irham mengira ia tidak akan selelah saat mereka pergi ke kebun binatang, di sini ia dan Hanin hanya akan membaca buku dan mungkin mengobrol sebentar.
Di mata Irham, kegiatan mereka sekarang terlihat seperti kencan yang pernah ia damba-dambakan. Irham bahkan sampai bersyukur meski ini kali pertamanya jatuh cinta dan masih ada kemungkinan bahwa perasaannya bertepuk sebelah tangan, Irham masih bisa merasakan rasanya pergi berduaan ke tempat yang mereka sukai bersama dengan orang yang ia sukai. Hal-hal seperti ini hanya jadi mimpi bagi Irham dulu. Namun sekarang, ia bisa mewujudkannya berkat Hanin yang saat itu luluh dan mau menjadi temannya.
Sekarang mereka tengah memilih buku mana yang akan mereka baca. Irham bahkan tidak lepas dari kamera sekarang, sejak sampai di tempat ini, ia tidak berhenti menggunakan kameranya, memotret sebanyak mungkin momen yang bisa abadi dalam foto yang ia ambil saat ini. Hanin pun menjadi korban model Irham, dari tadi Irham selalu memfoto Hanin. Sampai-sampai Hanin merebut kameranya dan bergantian memfoto Irham. Untung saja keadaan perpustakaan sepi. Hanya ada dua orang yang berada di ujung ruangan dengan laptopnya, sepertinya sedang mengerjakan tugas akhir sebagai mahasiswa.
Hanin berada di rak bagian novel, ia sedang memilih novel yang tidak begitu tebal dan bisa ia baca dalam sekali duduk. Irham mengekori Hanin, masih dengan membawa kamera dan menjepretnya berkali-kali bahkan sampai Hanin merasa kesal. Irham hanya tertawa saja.
"Irham, udah! Lo nggak takut kita ditegur petugasnya nggak sih karena kebanyakan jepret."
Irham tertawa tanpa suara. "Nggak, tuh. Kan tadi juga udah ijin, dibolehin asal nggak ngerekam sembarangan. Kalaupun nggak boleh, gue masih punya HP buat fotoin lo."
Hanin mendengus, sebenarnya ia tidak kesal. Hanya takut saja perbuatan Irham menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengunjung lain. "Dari kemaren lo kayaknya obses banget foto-foto. Pen jadi fotografer lo?"
Irham menggeleng. "Nggaklah! Gue suka aja fotoin lo, karena lo itu cantik tau, Nin. Gue kasih bukti biar lo nggak ngerasa insecure lagi sama kekurangan yang lo punya. Gue mau lo lebih percaya diri dan percaya kalau lo itu cantik dengan cara lo sendiri."
"Bisa aja mulut buaya."
"Loh, gue serius, kok."
Irham masih menjepret Hanin yang terlihat malu-malu setelah ia puji. Padahal Irham betulan menuju Hanin karena memang di matanya, Hanin selalu cantik, dari pertama kali mereka bertemu. Bodohnya Irham, baru menyadarinya beberapa waktu yang lalu.
Sedangkan Hanin menunduk, ia merasa tersipu malu. Perkataan Irham makin lama makin membuatnya terbawa perasaan. Padahal Hanin paham, mungkin hanya ia sendiri yang merasakan perasaan ini. Irham tidak mungkin menyukainya dan Hanin bodoh sekali malah jatuh hati pada orang yang pertama kali menolongnya, pada orang yang pertama kali mengajaknya berteman dan membuatnya menjadi teman pertama Hanin di dunia ini. Tapi tak apa, Hanin merasa senang dengan ucalan-ucapaj Irham padanya.
Kini giliran Irham mengambil buku yang mau ia baca. Irham berada di rak bagian ensiklopedia. Dan giliran Hanin yang memotret cowok itu menggunakan ponselnya. Hanin bahkan sempat merekam Irham dan bertanya dengan nada bisik-bisik.
"Bapak Irham, mengapa Anda mengambil buku ensiklopedia daripada buku novel?" Irham berbalik dan menatap Hanin dengan buku ensiklopedia dinosaurus yang ia pilih.
"Kak Hanin, saya pilih ini karena menarik aja ilustrasinya. Kan, saya nggak suka baca lama-lama jadi ini pilihan yang tepat buat saya baca, gimana sih, Anda, masa gitu aja nggak tahu." Cowok itu berbalik badan dan menyuruh Hanin berhenti merekam kalau tidak mau mereka ketahuan.
Akhirnya mereka dengan khidmat membaca. Hanin bahkan mulai merekam kegiatan membaca mereka dalam mode time-lapse ala-ala anak-anak jaman sekarang. Seperti kata Irham, ia juga berusaha menciptakan momen sebanyak mungkin bersama Irham. Dan benar, tujuannya mengajak Irham selain merealisasikan keinginannya, Hanin ingin memiliki banyak waktu bersama Irham kendati cowok itu tidak tahu mengenai perasaan sebenarnya.
***
Mereka tiba di toko buku setelah tiga jam menghabiskan waktu membaca bersama di perpustakaan. Irham pun tidak pernah lepas dari kameranya. Saat Hanin mencoba kabur dari kamera Irham, cowok itu tetap melakukannya. Dalam pandangan Irham, ini adalah bentuk rasa sukanya pada Hanin, ia ingin menghabiskan banyak memori dengan kenangan-kenangan bersama Hanin. Siapa tahu jika ia drop dan tidak lagi bisa bertemu gadis itu, Irham masih menyimpan banyak kenangan yang bisa ia kenang.
"Stop foto-foto dan mulai milih buku mana yang mau lo beli. Awas aja sampe lo nggak beli, gue bakal marah." Irham tertawa. Memang sejak awal mereka susah berjanji akan membeli novel bersama kendati Hanin mengerti Irham bukan orang yang suka membaca seperti dirinya.
"Siap Ibu peri!" katanya dengan telunjuk di atas alis seperti sedang hormat.
Saat Hanin sedang asik memilih-milih novel mana yang akan ia beli, Irham sudah berjalan ke rak-rak lainnya. Kali ini, Irham hanya memilih sebuah buku ensiklopedia, kali ini tentang hewan laut. Sejak kecil Irham memang lebih suka baca buku ensiklopedia dan mengoleksinya. Kali ini ia akan membeli terbitan terbaru. Ia juga memilih beberapa novel wishlist milik Hanin dan akan ia berikan padanya nanti.
Dan mereka akhirnya bertemu kembali. Hanin sudah memegang dua novel yang berada di list paling atas wishlist-nya. Irham membawa tiga novel dan dua buku ensiklopedia hewan seperti yang ia sebutkan tadi.
"Buset banyak bener, Pak?" Hanin tertawa. Akhirnya ia meminta Irham untuk berfoto selfie bersama sembari mengangkat buku-buku yang mereka pilih.
Setelah selesai memilih Irham membeli sebuah paperback. Hanin yang telah selesai membayar buku belanjaannya, berbalik badan dan tidak sadar bahwa Irham telah menyiapkan paperbag yang berbeda dari yang ia pegang. Saat gadis itu lengah, Irham segera menyerahkan paperbag itu.
"Buat lo, hadiah pertemanan kita. Kalau lo nolak gue bakal marah dan nggak mau masuk sekolah."
Hanin terkejut, ternyata novel yang Irham pilih itu untuknya. Karena Irham sudah memberikan warning di depan, terpaksa Hanin menerimanya. Ia juga bahkan ancang-ancang masuk lagi ke dalam untuk memberikan Irham hadiah yang sama. Namun Irham menolak dengan dalih kalau ia tidak akan sempat membacanya, dua saja sudah cukup.
Kalau Irham bersikap seperti ini, bisa-bisa perasaan Hanin tidak bisa ia tahan dan ia sembunyikan.
2/08/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Like a Gift on the Pile of Snow ✔️
Teen Fiction(SELESAI) Hanindya Pertiwi seorang gadis pengidap albino ingin sekali memiliki kenangan indah selama bersekolah di sekolah formal. Mengetahui kekurangannya, semua orang menjauhi Hanin, tidak ada yang namanya kenangan indah selama ia bersekolah. Satu...