Bab 15 :: Tingkah Aneh Irham

5 0 0
                                    

Hari-hari setelahnya mereka habiskan di sekolah. Setelah kunjungan mereka berdua ke perpustakaan daerah yang berakhir ke toko buku, baik Hanin maupun Irham sudah tidak sempat pergi ke mana-mana lagi. Kesibukan di sekolah, tugas, kerja kelompok dan ulangan-ulangan harian membuat mereka tertahan, tidak bisa pergi dengan santai. Namun sisi positifnya, Irham terlihat semakin dekat dengan Hanin. Bahkan beberapa teman mereka mengira kalau Hanin dan Irham resmi menjadi pasangan kekasih. Tidak sedikit pula mereka yang nyinyir karena kedekatan antara Hanin dan Irham. Ada yang bilang Hanin cegil-lah, ganjen lah, genit, banyak modus dan banyak sekali lainnya.

Irham bahkan membantu Hanin, menegaskan kepada mereka kalau hubungannya dengan Hanin murni hanya teman dekat. Meskipun Irham memiliki perasaan pada Hanin, ia tidak ingin Hanin tahu sampai akhir. Apalagi kejadian seperti tadi, belum resmi jadi pasangan kekasih saja mereka semua sudah bersikap demikian di belakang Hanin, bagaimana jika Irham dan Hanin beneran pacaran, bisa-bisa Hanin mendapatkan reaksi yang jauh lebih parah dari ini. Irham tidak mau Hanin mengalami hal-hal seperti itu. Bahkan sampai hari terakhirnya masuk sekolah pun, Irham tidak akan membiarkan Hanin mengalami hal seperti itu lagi.

Kembali lagi, hari ini hari yang cukup sibuk. Hampir semua mata pelajaran hari ini mendapatkan tugas. Irham dan Hanin bahkan tidak sempat pergi ke kantin. Untung saja Hanin membawa bekal, meski cuma dua bungkus sandwich buatannya, Hanin membagi sandwich itu pada Irham. Mereka berdua memakannya di kelas. Hari ini Irham membawa kamera analognya ke sekolah, sebelum makan pun mereka berdua harus berfoto terlebih dahulu. Awalnya Hanin merasa aneh karena sudah hampir sebulan, Irham terus seperti itu. Dikit-dikit cekrek, dikit-dikit foto. Hanin merasa risih, tapi setelah Irham memberitahu alasannya, Hanin akhirnya paham.

Waktu itu Irham bilang, foto itu bisa abadi. Momen yang kita ambil hari ini, bisa kita kenang dan ingat bahkan sampai puluhan tahun ke depan. Pokoknya Irham ingin mengabadikan setiap momen yang ia habiskan bersama Hanin dan akhirnya Hanin menyanggupi itu. Asalkan berdua bersama Irham, Hanin mau. Irham juga menuruti permintaan Hanin, jadi tidak hanya gadis itu yang ia foto. Terkadang bergantian, namun lebih sering mereka berdua.

Seperti sekarang, mereka berdua berfoto terlebih dahulu sebelum memakan sandwich buatan Hanin, meski mengundang tatapan sinis dari teman-teman perempuannya di kelas itu, Hanin dan Irham tidak peduli. Sebenarnya itu adalah hasil dari nasihat dan didikan Irham selama ini. Irham selalu menanamkan dalam diri Hanin kalau bersikap masa bodoh dan tidak peduli pada ketidaksukaan orang lain padanya itu adalah hal yang terbaik yang bisa Hanin lakukan. Sekarang, gadis itu sudah sangat terbiasa dan tidak peduli.

Irham menunjukkan hasil foto mereka hari ini pada Hanin. "Yang ini bagus, yang ini juga. Tapi kalau bisa sih, semuanya jangan dihapus, ya." Hanin mengatakannya dengan nada sedikit berbisik. Posisi mereka terlalu dekat sekarang. Yang Hanin takutkan hanya satu, detak jantungnya yang sedang berdebar didengar oleh Irham.

Cowok itu tidak boleh tahu kalau Hanin sudah jatuh dalam pesonanya. Cowok itu juga tidak boleh tahu kalau Hanin menyukainya.

"Nggak, kok. Kan, udah gue share juga link g-drive-nya. Nanti lo bisa lihat di situ biar gue nggak usah kirim-kirim lagi." Hanin mengiyakan dengan menggunakan tangannya sebagai isyarat, oke.

Saat tengah sibuk melihat foto-foto yang Irham simpan di g-drive, Hanin tersenyum lebar. Irham ternyata orangnya cukup rapi, semua file tersimpan rapi dalam folder yang berbeda-beda. Ada ratusan foto yang tersimpan di folder kebun binatang. Foto-foto saat di perpustakaan daerah, juga foto-foto saat mereka menghabiskan waktu bersama di toko buku, cafe ataupun tempat-tempat yang mereka datangi lainnya. Kalau begini jadinya, bagaimana mungkin Hanin tidak bisa menyukai Irham.

Semua hal yang Hanin impikan tentang pasangan ada di Irham. Sepertinya memang benar, kalau Hanin terkena karma jauh lebih cepat dari yang ia duga. Karma pada saat pertama kali ia menolak Irham. Sekarang, Hanin malah menyukai Irham jauh dari kata teman. Tapi tetap saja, Hanin tidak bisa mengatakan itu semua. Ia takut pertemanannya dengan Irham hancur begitu saja.

Pun sama halnya dengan Irham. Meski kondisinya tidak begitu bagus hari ini, demi bertemu Hanin, demi tidak membuat gadis di sampingnya ini khawatir, Irham memaksakan diri untuk masuk sekolah. Meskipun sangat beresiko, tapi Irham sudah berjaga-jaga. Ia menyuruh kakaknya untuk standbye di dekat sekolah, Irham tidak yakin bisa melewati hari ini dengan baik.

"Seneng banget dah keliatannya." Irham mencoba menggoda Hanin. Gadis itu tidak bereaksi, ia masih fokus dengan foto-foto itu di ponselnya.

"Seneng karena foto-fotonya bagus. Kalau boleh gue cetak beberapa, ya? Nanti gue bagi, deh. Atau lo mau cetak sendiri?"

Sepertinya itu ide yang bagus. Irham sedang mempersiapkan banyak hal untuk ia hadiahkan kepada Hanin, nanti. Nanti sekali, kalau ia sudah tidak sanggup masuk sekolah lagi. Irham mengangguk saja pada Hanin yang masih fokus dengan ponselnya.

Kegiatan mereka selanjutnya beralih dengan menghabiskan waktu membicarakan banyak hal bersama. Ada banyak sekali hal yang bisa Hanin dapatkan dari pertemanannya dengan Irham. Hanin sekarang punya teman, ia punya orang yang bisa dijadikan tempat untuk bercerita. Hanin juga punya teman pergi keluar, ia punya Irham yang bisa diajak berdiskusi banyak hal dan banyak hal-hal lain yang baru bisa Hanin rasakan saat bersama Irham. Dan satu lagi, Hanin bisa merasakan yang namanya jatuh cinta dan orang itu adalah Irham. Cowok yang mau menjadi temannya untuk pertama kali hingga sekarang.

Kalau boleh Hanin bersikap egois, ia ingin selamanya bersama dengan Irham. Kalau tidak bisa menjadi pasangan pun, Hanin ingin menjadi teman Irham, selamanya. Sampai mereka tua nanti, sampai sudah tidak ada lagi hal yang bisa mereka bicarakan.

***

Istirahat kedua cukup senggang. Setelah mengebut mengerjakan tugas sebelum istirahat kedua, akhirnya baik Irham maupun Hanin bisa beristirahat. Tapi mendadak Irham terasa berbeda. Saat Hanin melihat wajahnya, entah kenapa perasaannya tidak enak, wajah Irham begitu pucat. Lebih pucat dari biasanya. Cowok itu sepanjang mata pelajaran juga jadi lebih sering terbatuk, dan kadang memegangi dadanya. Hanin sampai beberapa kali menepuk punggungnya supaya tidak tersedak batuknya sendiri.

Maka dari itu saat istirahat kedua tiba, berhubung mereka berdua sudah kehabisan air minum, Hanin inisiatif membelikan Irham air minum. Cowok itu sudah Hanin tawari untuk pergi ke UKS saja, dan Irham mengiyakan tapi syaratnya setelah Hanin dari kantin. Oleh karenanya Hanin berlari ke kantin, secepat yang ia bisa, Hanin takut Irham menunggunya terlalu lama. Tapi sayang, ketika berada di kantin, untuk beli air minum saja Hanin harus mengantri panjang. Untung Hanin membawa ponselnya jadi ia segera mengabari Irham kalau ia mungkin terlambat sedikit dan menyuruh Irham bersabar sebentar.

Namun Irham tidak kunjung membalas pesannya.

03/08/24

Like a Gift on the Pile of Snow ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang