24

14 3 0
                                    

Seorang pria yang sedang sibuk dengan rutinitasnya tiba-tiba menerima notifikasi pesan di ponselnya. Saat membaca pesan tersebut, ia merasa sedikit terkejut dan keningnya sedikit berkerut, menunjukkan ekspresi kejutan sejenak sebelum ia dengan cepat mengendalikan emosinya dan berusaha tampil biasa saja, seolah-olah menganggap kedatangan orang tersebut sebagai masalah yang biasa. Di tengah ketenangannya, pikirannya melayang ke anaknya; ia mulai merenung,

"Mungkinkah jennie sudah menikah?" Rasa penasaran nya

Lalu seorang wanita mendekat ke arah pria itu dengan tatapan bingung
"Tuan Daesung akan datang nanti" Jelas Soohyun pada istri nya

"Benarkah?.. Bahkan kedua anak mu sudah lama tidak terlihat" Balas jiwon

"Lebih baik kita bersiap.. Mungkin sebentar lagi mereka datang" Perintah Soohyun

-
Wajahnya dingin, seperti es yang baru dikeluarkan dari lemari pendingin. Langkahnya pasti, tidak tergesa, namun penuh determinasi. Ia memasuki rumah itu, disusul oleh beberapa orang yang setia. Di depan pintu, kedua orang tuanya menyambutnya, tatapan mereka sulit diartikan. Ada sedikit kekhawatiran, sedikit kekecewaan, dan mungkin sedikit rasa takut tersembunyi di baliknya. Mereka masuk ke dalam, dan suasana hening menyelimuti ruangan.

Jennie memulai pembicaraan, suaranya tegas dan serius, seperti baja yang ditempa dengan api. Ia menjelaskan maksud kedatangannya dengan detail, tanpa ragu atau bimbang. Jiso dan ugi berdiri di sisinya, memberikan dukungan dengan tatapan yang penuh pengertian.

Kekehan kecil keluar dari mulut jiwon, seperti tawa sinis yang mengolok-olok. Ia menatap jennie dengan pandangan tak suka, seolah-olah meragukan niat dan tekadnya. Tuan Daesung kemudian mulai menjelaskan syarat dan ketentuan agar jennie dapat mendapatkan haknya. Ia berbicara dengan tenang dan penuh keyakinan, menjelaskan dengan detail setiap poin penting. Hanya satu syarat yang harus dipenuhi: jennie harus menikah dengan pria yang sangat tulus padanya.

Dengan berani, jiwon bertanya,
"Apakah kau sudah menikah?" Suaranya sedikit bergetar, menunjukkan rasa penasaran dan mungkin sedikit rasa takut.

"Sudah.. " Lanjut nya singkat

"Huh.. Baiklah.. Apa mungkin suami mu salah satu dari orang kepercayaan tuan manoban? " Lanjut Soohyun tersenyum kecil Sambil melirik ke arah ugi dan jiso

"Kalian bahkan sangat mengenal tuan manoban" Kekeh jennie

"Kau benar.. Bahkan tuan manoban mempunyai peran penting di perusahaan.. Tapi aku tidak percaya.. Bagaimana bisa orang kepercayaan tuan manoban ingin menikah dengan mu" Jelas jiwon tak percaya

Sedikit terpancing dengan ucapan jiwon, jennie hanya tersenyum sebagai balasan nya

"Aku harus pergi sekarang.. Masalah ini aku serahkan pada tuan taehyun" Ucap jennie hendak pergi dari sana

"Biarkan aku mengetahui suami mu terlebih dahulu" Ucap Soohyun

"Baiklah.. Nanti siang aku akan kembali menemui kalian" Balas jennie lalu pergi meninggalkan mereka dengan jiso dan ugi mengikuti nya

-

Senyum merekah di wajah neo saat melihat jennienmemasuki ruangan kerja lim. Langkah jennie terhenti sejenak, disambut hangat oleh pelukan si kecil. Di belakangnya, jiso dan ugi mengikuti dengan tatapan penasaran. Lim yang tadinya sibuk dengan laptop, langsung berdiri menyambut jennie dengan kecupan lembut di pipi.

"Bagaimana perjalananmu, sayang?" tanyanya lembut, matanya beralih pada ugi dan jiso. 

Jennie tersenyum, "Baik.. Oh ya, mereka ingin bertemu kita siang nanti." Lim mengangguk setuju. 

"Baiklah.. aku akan menjemputmu setelah kerja." 

Ugi kemudian mengantar jennie ke meja kerjanya, "Selamat datang, jennie! Hari ini kita akan mulai dengan.. Pengenalan berkas"  Jennie mengangguk antusias, siap memulai magang pertamanya di perusahaan lim

Kemudian jiso mendudukan diri nya tak jauh dari lim, "kau tau.. Ingin sekali rasanya aku menendang pria tua itu" Kesal nya
"Bahkan jennie sudah terbiasa dengan olok-olok mereka" Lanjut nya

"Tapi jennie terlihat baik-baik saja?.. Apa yang mereka lakukan?.. " Tanya lim sedikit bingung sambil memangku neo yang sedang memegang robot di tangan nya

"Tatapan tak suka.. Sangat jelas terlihat.. Aku bahkan tak percaya jika tuan Soohyun itu orang tua kandung nya.. "

"Aku akan membalas nya nanti.. Terimakasih jiso.. Kau selalu membantu ku" Ucap lim tulus

-

Senyum tipis mengembang di bibir ahyeon saat ia menyusuri koridor sekolah yang sepi.  Buku tebal yang dipegangnya terasa ringan,  menyertai langkahnya yang santai menuju perpustakaan.  Matanya  menatap  lukisan  di  dinding  koridor,  menikmati  suasana  yang  tenang.  Tiba-tiba,  sebuah  tubuh  menghantamnya  dari  belakang,  membuatnya  terhuyung  ke  depan.  Buku  yang  dipegangnya  terlempar,  dan  ia  terjatuh  dengan  keras, 

"Aduh!"  dengan  nada  kesal.

Rora yang  ternyata  adalah  pelakunya,  terduduk  di  sampingnya,  wajahnya  pucat  dan  panik. 

"Maaf,  maaf!  Aku  tidak  sengaja,"  ucapnya,  terburu-buru  membantu  ahyeon berdiri.  Lalu ahyeon menarik  napas  dalam-dalam,  mencoba  menenangkan  diri. 

"Gak  papa,"  jawabnya,  masih  sedikit  kesal.  Ia  meraba  lututnya  yang  terasa  sedikit  sakit.

Saat itu,  rami tiba-tiba  muncul  di  hadapan  mereka,  wajahnya  terkejut  melihat  keduanya  terjatuh. 

"Ada  apa  ini?.. Kalian  kenapa?"  tanyanya,  segera  mendekati  mereka.  Ahyeon menunjuk  buku  yang  terlempar  ke  jauh. 

"Buku  ku terjatuh,"  katanya  sambil  mencoba  mengambil  buku  itu.  Lalu rami menolongnya  mengambil  buku  itu,  lalu  menatap  Rora dengan  tatapan  mencari  penjelasan.  "

"Maaf.. Aku lagi  buru-buru  ke  toilet.. jadi  tidak  lihat  jalan,"  jelas rora  wajahnya  masih  merah  padam. 

Rami menggeleng  kepala,  "lain kali..kau harus hati-hati"  Ia  kemudian  menyerahkan  buku  itu  pada  ahyeon  dan  mengucapkan  "apa ada yang terluka? "  Tanya rami dan ahyeon hanya menggeleng

"Maafkan aku.. Aku benar-benar tak sengaja" Lanjut Rora bersalah
"Biar aku membantu mu.. Sebagai tanda permintaan maaf ku" Lanjut Rora

Lalu Rora dan ahyeon berjalan bersama ke arah perpustakaan meninggalkan rami sendirian di sana

-

Rami memasuki kelas dengan langkah santai, senyum tipis menghiasi wajahnya.  Matanya  mencari  sesuatu  di  antara  deretan  meja  dan  kursi  yang  sudah  terisi  oleh  teman-temannya.  Tatapannya  berhenti  pada  ruka,  yang  duduk  santai  di  kursinya  sambil  menikmati  buku  yang  dibacanya.  Rami mendekati  ruka, 

"Apa kau tau.. Rora tadi menabrak ahyeon" Ucap nya lalu ia langsung duduk di samping ruka,

Ruka sedikit melirik ke arah rami
"Lalu?.. Apa mereka terluka? " Tanya nya lalu rami menggeleng kan kepala nya

"Ah yaa.. Semalam chiki menelfon ku.. Tapi aku sudah lebih dulu tidur" Ucap rami lemas

"Aku tau.. Maka dari itu.. Chiki juga menelfon ku" Balas ruka santai, lalu rami sedikit memajukan kepala nya menatap iri ruka

"Kalian berbicara apa saja? " Tanya rami penasaran

"Tidak ada.. Tapi dia akan segera kembali.. Hanya untuk berlibur" Lanjut ruka lemas

"Huh?.. Aku kira dia akan kembali bersekolah bersama kita" Balas rami tak kalah lemas

"Tapi tak apa.. Aku harap dia selalu baik-baik saja" Lanjut ruka sambil tersenyum tipis

Hii teman-teman
Maaf kalau belum sebagus itu
semisal ada yang kurang atau mau request bisa tolong langsung komen aja yaaa

Terimakasih
Jangan lupa vote dan komen yaa

love behind lossTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang