Di tengah kesibukannya mengerjakan beberapa proposal perusahaan, jennie menyadari bahwa ia membutuhkan tanda tangan CEO lim. Dengan langkah tenang, ia menuju ruangan sang CEO, mengetuk pintu dengan lembut sebelum masuk. Di dalam, lim terlihat fokus menatap layar laptopnya. Senyum tipis terukir di bibirnya saat melihat jennie masuk. Ia pun beranjak dari kursinya dan mendekati jennie dengan ramah.
"Ada apa, sayang?" tanyanya dengan nada lembut.
"Aku butuh tanda tangan mu" Ia menjelaskan bahwa ia membutuhkan tanda tangan lim untuk proposal yang tengah ia kerjakan.
Lim mengambil berkas yang dipegang jennie dan dengan sigap menandatanganinya. Namun, alih-alih langsung menyerahkan berkas tersebut, lim menatap jennie dengan sorot mata yang menggoda.
"Bayarannya?" tanyanya dengan senyum licik.
Jennie sedikit terkejut dengan permintaan lim, "Akan aku bayar saat pulang nanti.. Di rumah" Jawab nya santai
Tangannya jennie ingin meraih berkas itu, namun tangan lim lebih dulu menahannya. Dengan gerakan cepat, lim menarik jennie dan mengubah posisi mereka. Jennie terdorong ke arah meja kerja lim, tubuh mereka kini sangat dekat. Napas mereka saling terasa, menciptakan hawa panas yang mendebarkan.
Lim mendekatkan wajahnya ke wajah jennie dan dengan lembut mencium bibirnya. Jennie terdiam, tidak merespon ciuman itu. Namun, saat tangan lim meremas kuat payudaranya, jennie reflek membuka mulutnya. Dengan mudah, lim melumat bibir jennie dengan penuh gairah. Mereka tenggelam dalam lumatan panas yang tak tertahankan.
Kemudian lim mengangkat tubuh jennie ke atas meja kerja. Ia menciumi leher mulus jennie dengan penuh nafsu, tangannya menjelajahi lekuk tubuh jennie di balik dress yang dikenakannya. Jennie hanya mendesah tak karuan saat lim meninggalkan tanda kepemilikan di lehernya.
Saat lim hendak membuka pengait dress jennie, ketukan di pintu mengagetkannya. Ia langsung melepaskan tubuh jennie dan jennie pun segera memperbaiki dirinya, turun dari atas meja.
Tiba-tiba seorang wanita masuk ke ruangan lim. Ia sedikit terkejut melihat lim bersama jennie ada di dalam ruangan tersebut.
Jennie cepat-cepat mengambil berkas dan menunduk sopan pada lim sebelum berjalan keluar, melewati tzuyu, lalu mata tzuyu terfokus pada tanda merah di leher jennie lalu ia menatap lim dengan tatapan tanya yang penuh tanda tanya
"Apa yang baru saja kalian lakukan? " Tanya tzuyu dengan suara sedikit bergetar melihat lim tak percaya
"Kenapa memang nya? " Jawaban nya sedikit gugup
"Kalian melakukan nya?!.. Di sini?! " Ucap tzuyu tak percaya, bahkan ia ingin mengeluh air mata nya
"Apa maksud mu? " Tanya lim tak mengerti
"Aku harus menemui nya" Balas tzuyu lalu ia keluar
-
Jennie melangkah tergesa-gesa keluar dari ruangan CEO, jantungnya berdebar kencang. Rasa bersalah dan penyesalan menggerogoti hatinya.
"Aghh.. Sangat memalukan.. "
Ia tidak seharusnya membiarkan dirinya terbawa suasana. Ia mengutuk dirinya sendiri karena tidak dapat menahan godaan.Kembali ke meja kerjanya, pikirannya masih terbayang-bayang kejadian di dalam ruangan CEO. Ia mencoba menenangkan diri, menghirup napas dalam-dalam, dan kembali fokus pada tumpukan dokumen di hadapannya.
Namun, pikirannya terus melayang. Ia bisa merasakan sentuhan lembut tangan lim di kulitnya, aroma parfumnya yang memabukkan, dan ciuman panas yang masih terasa di bibirnya.
Saat hendak melanjutkan pekerjaannya, sebuah suara memanggil namanya. Ia menoleh dan mendapati tzuyu berdiri di hadapannya, wajahnya dipenuhi emosi yang campur aduk: kecewa, marah, dan sedih. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar menahan amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
love behind loss
Teen FictionMereka harus menghadapi konflik internal dan menemukan cara untuk melanjutkan hidup sambil menghormati kenangan yang pernah mereka miliki. Cerita ini menyoroti bahwa cinta sejati bisa muncul di tengah kesedihan, membawa cahaya di saat-saat gelap.