Bunda Raena seketika syok melihat sang putri berada di atas brangkat rumah sakit. Ia pun dengan segera meminta penjelasan dari kolonel Fathur.
Bang? Itu si Rara kenapa bisa sampe kecelakaan. Coba jelasin bang.
Kami dengar penjelasan dari anak kamu sendiri saja
Kolonel Fathur pun menyerahkan handphone nya ke pada Rara agar Rara bisa berbicara dengan bundanya
Rara berapa kali bunda bilang jangan bandel. Bener kan apa kata bunda kalo kami pergi itu pasti bakal terjadi sesuatu!!
Kolonel Fathur yang mendengar keponakan nya itu di omelin seperti itu pun mengambil handphone nya kembali
Anak kecelakaan bukan di tanya baik baik malah di omelin. Sudah, abang matikan dulu telfonnya. Kamu bisa chet abang nanti
Putus kolonel fathur sebelum ia benar benar memutuskan panggilannya
Tut📞...
"Bunda marah ya om? " Tanya Rara sembari menundukan kepalanyakepalanya.
Kolonel Fathur pun langsung mendekat ke arah Rara dan mengusap kepala keponakannya itu dengan lembut.
"Enggak, bunda Rara cuma khawatir. Nanti om yang bicara sama bunda kamu ya. " Ujar Kolonel Fathur menenangkan Rara
Letda Rayyan yang melihat seorang Kolonel Fathur sedang menenangkan keponakannya pun langsung tersadar. Benar kata kedua anggotanya, bahwa kolonel Fathur ini adalah orang yang sangat penyabar.
Selang beberapa waktu lamanya. Terdengar bunyi ketukan pintu dari luar.
"Halo Reyna. " Sapa dokter muda kemarin
Rara yang melihat kedatangan dokter Rayna pun dengan segera mengusap air matanya.
"Lah nangis. " Gumam Ika meledek Rara
Zela pun demikian. Ia jarang sekali melihat temannya yang satu ini menangis.
Letda Rayyan yang melihat Rara menangis pun ikut maju ke dekat Kolonel Fathur dan menanyakan keadaan Rara saat ini.
"Kamu kenapa hm? Kenapa nangis? " Tanya Letda Rayyan.
Rara pun hanya menggeleng. Kolonel Fathur pun dengan senantiasa membantu keponakannya untuk mengelap air mata yang luruh begitu saja.
"Sudah sudah, jangan nangis. Nanti om yang bilang sama bunda nya
Rara. "Dokter Rayna yang melihat interaksi ke duanya pun langsung berujar. "Enak banget ya Reyna di kelilingi orang baik. "
"Kebetulan saya jahat dok. " Tutur Letda Rayyan yang membuat seisi ruangan tertawa.
"Bisa aja pak, saya izin periksa Reyna ya. "
Kolonel Fathur dan letda Rayyan pun langsung menyingkir dari brangkar Rara dan mengajak Letda Rayyan untuk keluar bersamanya.
"Rayyan, ikut saya sebentar. "
"Baik ndan. "
"Ika sama Zela disini aja temani Rara, om mau duduk di luar sama Letda Rayyan sbentar." Gumam kolonel Fathur yang langsung di angguki oleh mereka berdua.
"Baik dok, kami pamit dulu ya. " Final Kolonel Fathur.
***
Posisi Kolonel Fathur dan Letda Rayyan kini berada di sebuah taman yang berada di dalam kawasan rumah sakit.
Kolonel Fathur dan Letda Rayyan tengah berbicara mengenai kerjaan mereka dan tidak lupa juga sedikit bercanda.
"Kamu kenal Rara dimana? " Tanya kolonel Fathur tiba tiba.
Letda Rayyan yang tengah mengisap rokoknya pun dengan segera membuang rokok itu ke tong sampah di sebelahnya. Tak lupa, ia menginjak puntung rokok yang masih menyala itu terlebih dahulu.
"Di Batalyon tempat saya dinas
ndan. " Jawab Letda Rayyan"Kalo tempat kamu dinas berarti di tempat ayah kamu juga dong? " Tanya nya lagi.
"Benar sekali ndan, saya dinas di tempat ayah saya sendiri. " Jelasnya.
Kolonel Fathur pun mengangguk anggukan kepalanya.
"Kok bisa ketemu Rara disana? " Tanya Kolonel Fathur meminta penjelasan.
Letda Rayyan pun mulai memperbaiki posisi duduknya, yang awalnya tidak tegap berubah menjadi tegap.
"Awalnya saya ketemunya pas Rara mau minta izin ke security batalyon untuk menggunakan lapangan selama setengah jam. Tapi kebetulan security nya sedang cuti. Alhasil Rara bingung celingak celinguk, saya yang ngeliat Rara tolah toleh pun langsung mendekat untuk bertanya. " Tutur Letda Rayyan
"Pas udah saya temuin, Rara langsung menyebutkan niatnya datang ke sana. Karna Rara meminta izinnya dengan halus jadi saya izinin. Kami juga melihat komandan berkeliling di sana. " Lanjutnya
Kolonel Fathur pun mengangguk paham.
"Punya perasaan apa kamu sama Rara? "
Deg!!
Letda Rayyan yang mendengar penuturan Kolonel Fathur pun sontak membelalakkan matanya tak percaya. Ia saja tidak tau sebuah perasaan apa yang dirinya simpan kepada Rara.
Entah sebuah perasaan apa yang dirinya rasakan.
Namun akhir akhir ini jika ia bertemu dengan Rara, jantungnya pasti terasa seperti ingin keluar dari tempatnya.
Melihat ekspresi bingung dari letda Rayyan, Kolonel Fathur pun dengan cepat berujar.
"Saya kasih lampu hijau, tapi jangan sampai kamu sakiti keponakan saya. Jika sampai itu terjadi, siap siap kamu habis di tangan saya. "
Letda Rayyan yang mendengar penuturan itu entah mengapa merasa sangat senang, ia tidak tau harus bagaimana selain mengucapkan kata Terima kasih kepada komandan beda kesatuan di sebelahnya ini.
"Yasudah, ayo kembali ke
dalam. " ujar Kolonel FathurMereka berdua pun berjalan menyusuri beberapa lorong rumah sakit untuk sampai di dalam ruangan Rara.
***
Segitu dulu ya jangan lupa vote-nya, sampai bertemu di bab selanjutnya bye byeAssalamualaikum
KAMU SEDANG MEMBACA
waktu untuk negara [Terbit]
Ficção Adolescente"Jika saya nanti gugur di medan tugas. Ingat, jangan terlalu terlarut di dalam kesedihan. Semua manusia pasti akan kembali ke sang pencipta, cuma cara mereka untuk pulang berbeda beda. Jangan tangisi saya, saya tidak suka jika melihat kamu menangis"...