BAB 32 [upacara pemakaman militer]

54 12 0
                                    

Hari ini adalah hari dimana jenazah letnan dua Arryan Zeinata El-Bintar di pulangkan bersama rombongannya.

Rara tak ikut menghadiri upacara militer ini di karenakan dirinya baru dan memiliki jadwal yang padat di barak nya.

Upacara pemakaman militer segera di mulai.

Kolonel Bintar selalu komandan batalyon sekaligus ayah dari letda Rayyan tak mau menjadi komandan dari upacara pemakaman militer sang anak.

"Serda Zero, saya mohon pimpin upacara pemakaman ini. "

Serda Zero menolak, ia tak sanggup jika dirinya harus menjadi komandan upacara pemakaman militer komandannya sendiri.

Namun serda Vano terus membujuknya.

Akhirnya, mau tidak mau serda Zero meng iyakan ucapan komandan batalyon nya itu.

"Biak komandan. Saya bersedia menjadi komandan upacara pemakaman ini. " Gunam serda Zero sembari mengusap air matanya kasar.

Kolonel Fathur yang menghadiri upacara ini juga segera pergi mendekat ke arah kerabatnya itu.

Setelah berdiri bersebelahan, kolonel  Fathur dengan segera merangkul bahu danyon di sebelahnya ini sembari tersenyum.

"Sudah Bintar. Jangan terlalu terlarut larut di dalam kesedihan. Ikhlas ya, kasian dia di sana nanti. " Gumam Kolonel Fathur menenangkan.

Kolonel Bintar yang menyadari akan kehadiran seseorang lun menoleh ke arah nya.

Tanpa aba aba, kolonel Bintar langsung memeluk kolonel Fathur erat.

Kolonel Fathur mengelap air matanya menggunakan lengan baju Militer yang ia kenakan.

"Lihat istri kamu. Dia juga bersedih Bintar, tapi dia tak seperti dirimu. " Ujar kolonel Fathur sembari menunjuk ke arah bunda Eva yang berdiri di samping peti letda Rayyan.

Upacara pemakaman militer pun dimulai.

Serda Zero, selalu komandan upacara pemakaman militer tak kuasa menahan tangis nya.

"Atas nama bangsa, saya Terima jasad almarhum Letda Arryan Zeinata El-Bintar. "

"KEPADA ALMARHUM, HORMAT SENJATA. GRAK!!. " Gumam serda Zero lantang.

Dor!!

Iringan lagu gugur bunga, membuat suasana di pemakaman semakin haru.

Telah gugur pahlawaku
Tunai sudah janji bakti
Gugur satu tumbuh seribu
Tanah air jaya sakti
Gugur bungaku di taman bakti
Di haribaan pertiwi
Harum semerbak menambahkan sari
Tanah air jaya sakti

***

"Rara bangun, kamu ngapain tidur di kelas sih. " Lidya mengguncang tubuh Rara.

"Saya terlalu lelah Lid, mungkin faktor menangis semalaman. " Jelas Rara

Lidya pun menggeleng gelengkan kepalanya.

"Untung kakak senior nggak lihat kamu Ra. "

Rara pun segera memperbaiki posisi duduknya.

Ia kembali memasang baret hijau kebanggaan akademi militer itu.

"Ada kabar terbaru tentang letda Rayyan?. " Tanya Rara

Lidya pun menggeleng kan kepalanya.

"Baik, segitu dulu pelajaran kita pada pagi hari ini, silahkan pergi menuju ke lapangan Tembak untuk memulai latihan kalian. " Titah senior yang mengajar mereka

waktu untuk negara [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang