🧶 тαηgℓє∂ 🧶
“Kak, belum masuk ke grup yang linknya aku share?”
Jean melirik anak laki-laki berseragam SMA yang duduk di seberangnya. “Kenapa nggak minta Mama atau Papa?”
“Halah, mana mau mereka.”
“Sama Mas Juan aja,”
“Lagi? Nggak mau gantian, Kak?”
“Nggak mau. Urusanku aja masih dibantu Mas Juan, Jay.”
Jayden, si anak SMA itu mendengus.
“Lah, belum berangkat?” Juan, kakak tertua di rumah itu, sudah siap dengan kemejanya yang rapi dan sepatu pantofel kesayangannya yang selalu mengkilap.
“Bentar lagi.” Jawab Jayden.
“Udah mau jam setengah tujuh lho ini, sekolah lo jauh, Jay. Makannya yang cepet, jangan lelet. Masa kalah sama balita?”
“Berisik.” Ketus si bungsu tanpa melirik kakak tertuanya.
“Kamu nanti pergi jam berapa, Je?” Juan kini bertanya pada sang anak tengah.
“Jam sepuluh, Mas.”
“Gopaynya masih ada?”
Jean mengangguk. “Tapi nanti dijemput Sania.”
“Kak Sania mulu, pacaran kalian?” celetuk Jayden.
“Sembarangan!” Respons Jean, kemudian Jayden terkekeh.
“Aku jalan dulu deh, Kak.” Jayden menghampiri Jean, salim. Lalu melewati Juan. “Berangkat, Mas.”
“Anjir, tangan gue dianggurin.” Protes Juan, padahal tangannya sudah ia ulurkan, tapi si bungsu mengabaikannya dan memilih hanya melambai tanpa menoleh apalagi menghentikan langkahnya.
Jean menghela napas. Adik dan kakaknya itu memang sejak dulu tidak akur, ada saja perselisihan di antara mereka. Mungkin karena usianya terpaut jauh? Seharusnya tidak.
“Mas belum klik link yang dikasih Jayden?” tanyanya.
“Hah? Link apa?”
Lagi, Jean menghela napas. “Nggak usah, Mas. Aku aja.” Lalu ia pergi menaruh piring bekas Jayden sarapan ke dapur, sebelum kembali ke kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGLED
Ficção AdolescenteHidup itu banyak genre-nya, unpredictable, dan kusut! Kusut kayak rambut saya😮💨