sebelas; siksaksok

27 4 44
                                    


Nggak tau ah, capek.
Mau nikah sama Jaemin😭

🧶 тαηgℓє∂ 🧶


"Hati-hati, gais! Langsung pulang, ya, jangan ke Oyo dulu!"

Sania cekikikan usai berkata seperti itu pada 2 manusia yang ada di dalam mobil. Haqqi dan Jean.

"Minimal Aston sih kalau sama Haqqi." Timpal Naren pada Sania.

"Anjay, iya juga. Hahaha." Sania kemudian berbalik badan memasuki fakultasnya, jalan pintas menuju area parkir agar Haqqi tidak terlalu jauh memutar.

Kemudian matanya bertemu dengan seorang laki-laki asing, berjongkok di depan fakultas padahal ada kursi yang kosong.

"Bukan mahasiswa sini, ya, mas?" tanya Sania iseng.

"Oh, iya bukan." Jawab orang itu. "Cuma lagi nunggu orang aja."

Sania mengangguk. "Duluan, mas." Ucapnya.

Baru orang itu mau membalas anggukkan Sania, ia memanggilnya. "Mbak! Mbak! Maaf," katanya.

Gadis itu berbalik, sementara Naren yang sudah jalan lebih dulu hanya menoleh sebentar. "Kenapa, mas?"

"Mbaknya kenal sama Nina nggak?"

Oh, dia adalah Sadam. Dia masih menunggu Nina setelah 3 jam ia sampai di sana.

"Nina? Ninaya Semesta?"

Orang itu terlihat mengernyit. "Waduh, saya kurang tau sama nama lengkapnya. Cuma, saya udah janjian sama dia di sini."

"Ciri-cirinya gimana, mas? Soalnya yang namanya Nina tuh banyak."

"Tingginya segini," ia menunjuk bawah telinganya. "Rambutnya sebahu, matanya bulat, pipinya sedikit chubby, kalau senyum lucu ada garisnya di pipi, eung... cantik, mbak."

Sania memicingkan matanya, kemudian mengernyit. "Ciri-cirinya mirip sama Nina, ya?" gumamnya. "Pernah dimarahin sama dia nggak, mas?"

Orang itu mengangguk. "Pernah, mbak. Waktu itu di toko permen."

Sania langsung konek. "Wah, geblek si Nina." Batinnya. Tanpa basa-basi, Sania mengeluarkan ponselnya. "Bener, temen saya itu mah. Mas simpen aja nih kontaknya. Tapi jangan dimarahin anaknya ya, mas, kasian dia lagi badmood parah makanya tadi langsung cabut."

Sadam terlihat terkejut sekaligus bingung. "Eh, emang nggak apa-apa, mbak?"

"Nggak apa-apa udㅡ"

"SAN! GUE TINGGAL YA LO!"

Sania melirik ke Naren. "SABAR, ISH! Cepetan salin, mas!"

Sadam dengan cepat mengetik nomor Nina dan menyimpannya ke kontak. Namun belum sempat berterima kasih pada Sania, gadis itu keburu kabur.

🧶


🧶

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TANGLEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang