Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
🧶
Tata datang lebih pagi karena senin ini kelasnya kebagian jadi petugas upacara. Dia memang bukan bagian dari petugas, tapi sebagai bentuk support saja. Apalagi pagi ini dia diantar Naren.
"Pulang nanti aku nggak bisa jemput ya, Ta." Ucap Naren setiba mereka di sekolah Tata.
"Nggak apa-apa, nanti bisa naik ojol." Jawab Tata.
"Nggak ada tebengan temen?"
Tata menggeleng. "Nggak ada, beda arah semua."
Naren mengangguk. "Ya udah kalau gitu, nanti kabarin. Belajarnya yang bener, ya." Katanya sambil meng-pukpuk kepala gadis SMA itu.
Gadis itu tersenyum malu, atau lebih ke salting sih. "Oke! Kakak juga, kuliahnya yang bener."
"Siap, cantik. Ya udah sana masuk!"
Tata mengangguk, kemudian berjalan memasuki gerbang sekolah sambil sesekali menoleh dan melambai pada Naren. Setelah ia masuk, Naren pergi meninggalkan area sekolah.
Gadis jangkung itu dengan semangat melangkah menuju kelas. Beberapa rekannya yang merupakan anggota petugas upacara sedang rapi-rapi dengan seragam putih-putih mereka.
"Good morning everybody!!" Sapa Tata dengan hebohnya.
Seisi kelas yang baru ada 14 orang itu menoleh. Beberapa menyapa balik, beberapa lagi memilih mengabaikannya.
Tata berjalan menuju Claudia. "Widih, cakep bener dah." Katanya sambil membantu temannya itu menjepit rambut agar lebih rapi.
"Udah dari lahir." Jawab Claudia dengan pedenya.
"Sean! Pemimpin barisan, ya? Semangat, bro!"
"Berisik!" Sahut Sean, yang sebenarnya dipaksa jadi salah satu pemimpin barisan. Padahal dia maunya jadi anggota upacara saja, berdiri di belakang barisan.