🧶 тαηgℓє∂ 🧶
Kata anak-anak di sekolah, Jayden itu juteknya bukan main. Dia sempat dijadikan kakak kelas yang paling ditakuti karena wajahnya yang selalu datar dan terlihat seolah tidak pernah peduli dengan sekitar.
Apalagi saat masih duduk di bangku kelas 1 dan 2, dia adalah musuh kakak kelas yang sok superior. Adu mulut, main tangan, sampai balapan juga pernah.
Tapi itu semua bukan karena Jayden yang mulai duluan. Kakak kelasnya saja yang sensi dan gila hormat, sebab Jayden tidak pernah bersikap ramah tamah seperti yang mereka mau. Jayden hanya bersikap hormat sepatutnya saja, menganggukkan kepala atau mengucap "permisi" ketika berpapasan. Tapi kakak kelasnya itu tidak pernah senang, menganggap Jayden tidak menghormati mereka.
Dulu, Juan yang selalu berhadapan dengan para wali murid dan guru di sekolah, sampai pernah anak itu di skors selama 3 hari. Jean tidak pernah tahu, karena gadis itu sibuk dengan urusannya sendiri saat itu.
Dan kali ini, Jayden sudah tidak mempercayai Juan untuk menjadi walinya. Karena setiap diinterogasi, Juan tidak pernah membelanya. Kakak tertuanya itu seakan menyerahkan kasus itu pada sekolah saja, padahal Jayden berharap bahwa kakaknya bisa membantu.
Mengadu pada Papanya pun juga percuma. Yang datang bukan Papa, melainkan orang kantornya. Begitulah sibuknya seorang pengusaha kaya raya, urusan anak saja sampai harus diambil alih orang lain.
Sekarang, Jayden tengah menunggu kakaknya di gerbang sekolah. Jean bilang sudah hampir sampai, makanya ia buru-buru menghampiri agar bisa bicara terlebih dulu sebab tadi pagi belum sempat bicara karena ada Juan.
5 menit menunggu, gadis itu datang bersama seorang laki-laki. Naren. Jangan kira mereka berpacaran, mereka hanya teman dekat. Serius. Tapi Naren senang mengantar Jean pergi, bahkan sampai bolos seperti ini.
"Kak?" panggil Jayden.
Jean menatap Jayden. "Laki-laki sejati nggak pernah mukul duluan kalau bukan untuk perlawanan diri. Ya 'kan?"
Jayden mengangguk. "Kakak mau dengar cerita aku dulu?"
"Nggak usah, nanti aja di dalam." Jean mengamit tangan Jayden.
"Gue tunggu sini ya, Je?" kata Naren.
Jean mengangguk. Kemudian ia dan Jayden masuk ke dalam area sekolah, menuju ruang kepala sekolah di mana tempat pertemuan itu berada.
Bertepatan dengan masuknya Jayden dan Jean, perwakilan dari 5 orang murid yang mengajak Jayden berantem kemarin juga masuk. Ada 3 wanita paruh baya yang duduk di sebelahnya. Sementara Jayden berdiri di sebelah Jean.
"Jayden, kamu nyewa siapa lagi kali ini?" tanya Ibu kepala sekolah.
"Maaf, Ibu, saya Jeanna Reskandaru, kakak kandung Jayden." Interupsi Jean.
"Kamu nggak keliatan seperti seorang kakak. Pacarnya Jayden, iya?"
"Saya dan Jayden memang terpaut 2 tahun, Bu. Jadi kami terlihat seperti sepantaran. Tapi untuk urusan ini, saya mampu menjadi wali murid untuk adik saya."
"Cih, anak bau kencur." Nyinyir wanita di sebelahnya, tapi Jean tetap diam dan tidak mempedulikannya.
"Baik kalau begitu. Para wali murid sekalian, kemarin saya dapat laporan bahwa terjadi pertengkaran antara Jayden dengan teman-teman di kelas lain, sampai menimbulkan luka seperti ini."

KAMU SEDANG MEMBACA
TANGLED
Teen FictionHidup itu banyak genre-nya, unpredictable, dan kusut! Kusut kayak rambut saya😮💨