Hbd.
🧶 тαηgℓє∂ 🧶
"Tahun ini pada sibuk banget?"
Nina menyandarkan kepalanya di dinding kafe setelah mendengar kalau tahun ini teman-temannya punya acara tahun baruan masing-masing.
"Hehe, sorry. Mark ngajak duluan sih, ke Bukit Bintang." Kata Bianca sambil menyesap es kopinya.
"Bundanya Hesa juga ngajak bikin kue, sama bakar-bakar. Ya gue nggak bisa nolak." Sania juga tidak bisa. Begitu hasil main di rumah Hesa tadi pulang ambil rapot Tata.
Nina melirik Naren. "Ngajak Tata jalan ya lu?"
"Iyalah. Punya cewe masa nggak diajak jalan." Jawab Naren enteng.
"Jangan diajak nginep," kata Sania.
"Kalau nggak bisa pulang, gimana?"
"Ya harus pulang lah, anjir. Enak aja lo nginap nginep." Omel Sania.
Naren yang mendengar omelan Sania hanya terkekeh. Lagipula dia juga belum berani ajak anak orang menginap. Kecuali kalau ramai-ramai bersama genknya ini.
"Terus ini Jean sama Haqqi nggak bisa juga apa udah janjian berdua kah?" lirik Nina pada 2 lainnya.
Haqqi menoleh. "CEO mah nggak gabut."
"Si i a si i o! Gue getok juga kepala lo, anyink!"
"Sumpah dah gue nggak gabut, malah sampai H+3 gue masih belum balik."
"Orang tajir mah beda." Celetuk Bianca.
"Lo juga tajir ya, Bi." Timpal Sania.
"Tajiran Haqqi lah, gila. Punya peternakan kuda segala."
Yang lain terkekeh. Memang kalau sudah ngomongin Haqqi isinya yang kaya-kaya. Karena memang mereka pernah diajak Haqqi ke peternakan kuda, sambil riding.
"Lo mau pergi sekeluarga kah, Je?" tanya Sania.
Jean mengangkat kepalanya sedikit, terdiam beberapa detik sebelum akhirnya buka suara. "Tergantung Jayden sama Mas Juan ada acara atau enggak."
"Kalau ada acara, lo sama bokap-nyokap aja?" Bianca menyesap es kopinya lagi.
Entah kenapa, secara refleks Jean melirik Naren dan Haqqi yang sama-sama sedang melirik ke arahnya. Ia gigit sekilas bibir dalamnya sebelum akhirnya bicara.
"Sama Papa aja. Mama... udah ada acara sama keluarganya sendiri."
"Lah, nggak join?" tanya Nina polos, Jean menggeleng.
"Orang kaya begitukah, sampe acara keluarga ada sendiri-sendiri?" timpal Sania.
Jean menarik napas. "Keluarga gue... sama Mama udah beda. Mama udah punya keluarga lagi."
Penturan Jean sontak membuat Sania, Nina, dan Bianca terkejut. Naren yang sudah lebih dulu Jean ceritakan hanya diam, juga dengan Haqqi yang tahu soal keluarga Andaru dari Ayahnya.
"Selama ini...?" cicit Nina.
"Keluarga gue udah nggak utuh... sejak lama." Akhirnya Jean berani mengatakan apa yang seharusnya katakan pada teman-teman dekatnya.
Sania bergeser mendekati Jean. "Kenapa nggak pernah bilang?"
Jean hanya menggeleng. Dia tidak tahu bagaimana harus mengatakan hal itu, karena ia selalu menyangkal kalau keluarganya sudah berantakan. Itu masih terasa mimpi untuknya walau semua adalah nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
TANGLED
Genç KurguHidup itu banyak genre-nya, unpredictable, dan kusut! Kusut kayak rambut saya😮💨