sepuluh; mood

35 4 64
                                    

🧶 тαηgℓє∂ 🧶


Jean sungguhan hanya seorang diri saat Papanya pulang. Ah, sebenarnya ini bukan pulang yang seperti kalian pikirkan. Kalau kata Juan dan Jayden, Papanya ini hanya mampir.

Rumah besar dan terbilang mewah ini adalah rumah Juan. Atas nama Juan. Hadiah ulang tahun dari kedua orangtuanya saat usianya 17 tahun.

Namun di ulang tahun Jean dan Jayden yang ke-17, tidak ada hadiah seperti itu. Masalah antara kedua orangtua mereka hadir 3 tahun sebelum Jean ulangtahun. Tepatnya saat anak itu 14 tahun dan Jayden 12 tahun.

Orangtua mereka sering bertengkar. Berbeda pendapat sedikit, omelannya tidak akan berhenti. Atau jika mereka perang dingin, bisa berhari-hari. Imbasnya, ke anak-anak mereka terutama Jayden.

Tanpa kakak-kakaknya tahu, Mama dan Papa kerap bertengkar sambil melempar barang. Jayden saksinya.

Bahkan, ia juga yang paling sedikit mendapat perhatian di saat yang lain sudah 2 dan 10 tahun lebih banyak mendapatkannya.

"Ke mana Mas dan adikmu itu?" tanya Papa dengan nada dingin seperti biasanya.

"Jayden kerkom sama teman-temannya, kalau Mas Juan jenguk temannya, Pa." Jawab Jean.

Papa menyesap kopi buatan Jean, lalu sedikit membanting cangkir itu saat meletakkan ke atas meja.

"Kerkom atau main? Jenguk teman memangnya nggak bisa setelah bertemu Papa?"

"..." Jean tidak menjawab pertanyaan Papa yang sebenarnya juga tidak perlu dijawab sih.

"Semester berapa sekarang kamu?"

"Tiga, Pa."

"Pindah kuliah kamu."

Jean membelalakkan matanya terkejut mendengar ucapan sang Papa. "K-kenapa, Pa?"

"Mas sama adik kamu itu nggak bisa diandalkan. Apalagi adik kamu itu. Turun ke siapa nanti perusahaan Papa kalau anak-anaknya gagal semua?"

Hati Jean mencelos mendengar ucapan tajam Papanya.

"Ganti jurusan kamu, yang relate sama pekerjaan yang nanti akan kamu ambil. Bisnis, HI, atau apapun itu terserah kamu."

"Tapi, Paㅡ"

"Diminta ambil bisnis dari awal nggak mau sih. Udah tau adikmu itu nggak bisa diandalkan, hidup semaunya. Keras sekali seperti Mamamu." Pria itu kemudian beranjak dari duduknya. "Papa tunggu persiapan kamu. Seminggu."

"Pa, tapi ini udah 2 bulan semesㅡ"

"Justru baru 2 bulan akan lebih mudah. Kamu masih bisa daftar ke Universitas di Inggris." Papa kemudian mengambil kunci mobilnya dan melangkah keluar.

"Jean nggak mau." Tolak Jean.

Papa berbalik badan, menatap tajam anak tengahnya itu. "Mulai lebih keras dari biasanya? Nggak bisa ya satu dari 3 anak Papa nurut dan ikut kemauan Papa? Kurang apa sih selama ini Papa untuk kalian sampai hal seperti ini aja nggak didengar?"

Jean mengepalkan tangannya, meremas ujung kaos yang ia kenakan. Ingin protes pun dia tidak mampu, terlalu takut melawan kata-kata dan tatapan tajam Papa.

Akhirnya, pria 50an tahun itu keluar dari rumah itu. Sementara Jean masih terpaku di tempatnya.

🧶

TANGLEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang