16~Rumah baru

16 6 3
                                    

Sebelum baca, absen dulu kalian tau cerita ini dari mana?

Jangan lupa vote and komen ya 💋

****

" Gue ngga benci sama dia, cuma gue benci sama semua yang gue suka itu lebih suka sama dia. Bisa ngga dunia ini sedikit adil. Gue juga pengen cantik kayak dia. "

~Anaya~

***

Diwaktu yang sama dikantin sekolah, anaya duduk bersama Arka dan juga lima orang siswa lain.

Mata Arka menatap tajam gadis yang sok cantik didepan nya ini.
Gadis yang sedari tadi memainkan rambut ikal berwarna coklat sepinggan ini, terlihat seperti seorang gadis yang sangat arogan.

Arka, yang duduk tepat didepan nya, mengangkat alis. "Apa salah gadis itu?" Tanyanya sambil menyipitkan mata menatap anaya.

Gadis itu melirik Arka, dari ekor matanya. "why?" jangankan menjawab, anaya melemparkan pertanyaan balik pada Arka.

Laki-laki itu berdecak, sembari berdiri meninggalkan anaya bersama ketiga temannya. "let's go from here." Arka mengajak dua temannya yang tadinya ikut bergabung duduk dengan teman-teman anaya.

Ketiganya pergi meninggalkan kantin menuju taman sekolah. Mata Arka tertuju pada queen yang tengah asyik mengobrol bersama alaskar dan juga rachel.

Dari kejauhan Arka menatap queen yang duduk nya berada diantara Rachel dan alaskar.

Mata Arka juga tertuju pada abi yang tiba-tiba muncul dari belakang ketiga murid itu. Dengan berani abi menyentuh baju queen tanpa takut untuk bermasalah dengan alaskar yang kini berada tepat didepan nya.

Tinkk... Tinkk...

Namun, belum apa-apa bel masuk langsung berbunyi membuat Arka bisa bernafas lega. Saat melihat queen yang langsung pergi dari tempat itu meninggalkan abi sendirian


𓃹𓃹𓃹


Siang ini matahari begitu terik. Queen pulang kerumah barunya dengan begitu lelah.

Brakk...

Tasnya dijatuhkan begitu saja pada sofa yang berada tidak jauh dari pintunya.

"Oh... Lo udah pulang." Naka menoleh kebelakang, karna rumah yang kini dia tempat bersama naka begitu kecil, memungkinkan naka dengan mudah melihat siapa yang keluar masuk rumah mereka.

sangat berbeda dengan rumah yang sebelumnya mereka tempati.
Namun, akibat penyerangan yang dilakukan oleh orang misterius itu kepada naka. Membuat keduanya memutuskan untuk pindah rumah karna merasa sudah tidak aman lagi berada disana.

"

This house is better, right, because it's close to your school."

Queen duduk di sofa itu menyandarkan punggungnya, " Iya, selain Gedung nya tua dan ac-nya yang mati."

" Haah.." Naka menarik nafas panjang mendengar ucapan queen. "Walaupun hal itu ngga bisa kita hindari. Tapi, untuk jarak, keamanan, dan harganya ngga ada tempat lain yang seperti ini."

" Benar, itu ngga masalah."

Naka memperhatikan queen yang terduduk disofa itu terlihat begitu lemas. " Tapi, kenapa lo terlihat seperti mayat hidup begini?"

Queen hanya diam dengan wajah geram dan menarik nafas panjang.
" Coba saja lo yang pergi kesekolah. Pastikan saja sendiri apa lo bakalan lelah atau ngga ... Mending lo nyuruh gue buat bertarung 1 lawan 100 orang."

" By the way, gimana dengan file milik lorenzo yang gue berikan sebelum nya?"

Naka sudah kembali ke posisi nya semula menatap lima layar komputer yang berada di meja depan nya. " Gue emang berniat buat omongin itu saat lo pulang sekolah."

Queen beranjak dari sofa itu berjalan mendekati naka yang telah memunggungkan nya. " Mari kita lihat..!"

Queen berdiri tepat disebelah kursi naka menatap intens pada satu layar komputer yang sedang di otak-atik naka.

"By the way, apa dia manusia primitif?"

" Why?"

Naka terus mengutak-atik keyboard komputer itu, " isinya ngga ada apa-apa dan dia bahkan ngga main game."

" Ngga ada apa-apa? Maksud lo?"

" Selain yang satu ini," Naka menunjukkan sebuah foto melalui komputer didepan nya.

Terlihat seorang laki-laki yang berada disalah satu kamar rumah sakit dengan menggunakan pakaian pasien sedang duduk di ranjang menggendong seorang bayi dengan wajah tersenyum.

"Eh, ini?"

" Sepertinya ini ayahnya, ya."

Queen kebingungan melihat foto yang berada di dalam layar komputer itu, "Tapi....Apa seorang laki-laki juga bisa hamil belakangan ini?"

Naka tercengang mendapati pertanyaan dari gadis itu, dengan mata yang sedikit terbelalak naka menatap queen."Apa kehidupan sekolah lo begitu sulit."

" Ngga.. Kan kelihatan seperti itu karena dia menggendong bayi dalam kamar rumah sakit." sambung queen menopang dagunya dengan sebelah tangan, matanya masih ditujukan pada foto yang terpasang di layar komputer itu. " maybe." Sambungnya lagi melirik naka.

" Sepertinya dia mengidap sebuah penyakit. Dia meninggal 15 tahun yang lalu." Naka menatap komputer itu dengan intens dan menopang dagunya dengan tangan kanannya.

" lo yakin dia ayahnya lorenzo? Ngga ada kemungkinan lain?"

" Gue udah menyelidikinya selama beberapa waktu. But... Itu hanya bikin gue sakit kepala. Meskipun gue udah mati-matian mencari silsilah keluarga nya. Satupun ngga ada yang berhubungan dengan lorenzo."

Queen kembali menampilkan wajah bingungnya mendengar ucapan naka, " maksud lo, selain fakta bahwa foto ini berada di komputer milik lorenzo, ngga ada bukti lainnya?"

" Yap.. Menurut gue, jika mau menyelidiki lorenzo ngga ada gunanya menyelidiki orang orang disekitar nya. Bahkan nama 'lorenzo' sendiri seperti sebuah kebohongan. Informasi tentang nya lebih terbatas dari yang kita bayangkan. Sepertinya, lorenzo bukan anak yang biasa."

𓃹𓃹𓃹𓃹

Diwaktu yang sama, lorenzo sedang berbaring sendirian di kamar nya. Dia memegang sebuah kertas dan matanya menatap intens kedalam kertas itu.

Laki-laki itu terlihat sedikit sedih dan berpikir keras tentang apa yang sedang dia lihat pada kertas itu.

"Gue harus bisa!" Gumamnya sampai dia terlelap sendiri dikamar sepi itu.

love in revengeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang