16

1.1K 145 6
                                    

DOR!!

Minghao yang awalnya akan masuk ke dalam toilet, terhenti karena mendengar suara tembakan. Ia membalikkan badannya dan berjalan kembali untuk melihat apa yang terjadi. Tapi saat sampai, ia terkejut saat melihat seseorang yang sangat ia kenal. Dengan pistol di tangan kanannya, dan para bawahannya yang mengepung ruangan ini.

DOR!!

Minghao berhenti saat tiba-tiba suara pistol terdengar lagi. Ia menatap orang itu yang kini juga menatapnya dengan senyum jahat miliknya. Ia tau apa arti senyum itu. Dengan segera, ia kembali berjalan menuju ruangan yang menjadi tempat dirinya dan keluarga berkumpul, serta beberapa orang yang kini adalah sahabat sang mommy dan daddy nya.

Orang itu mendekat ke arah Minghao dengan langkah santainya. Sedangkan Minghao, ia merasa tubuhnya tidak bisa digerakkan sama sekali. Ia panik dan juga takut, apalagi orang yang menghampiri nya itu membawa senjata api.

"Hai, cantik. Kita bertemu lagi." Ucapnya menampilkan senyum miliknya.

"Xiuhuan..." Lirih Minghao. Minghao menggeleng kepalanya panik.

"Apa yang lo lakuin!!!." Minghao terkejut karena Xiu tiba-tiba menarik tubuhnya ke arah sang empu.

"Mari hidup bersama diriku, Xu Minghao. Kita hidup berdua tanpa adanya orang lain yang mengganggu. Menciptakan keluarga kecil yang hanya disini aku, kamu, dan anak kita nanti." Kata Xiu.

"Dalam mimpi lo, brengsek!." Matanya menatap tajam Xiu. Ia memberontak agar dirinya bisa lepas dari mantan pacar gila nya ini.

"Oh ya? Aku akan membuat mimpi itu menjadi kenyataan." Jawabnya. Dengan bingung, ia mengalihkan pandangannya. Tapi sedetik kemudian, ia terdiam dan mematung di tempat. Bahkan tubuhnya sampai jatuh.

Bugh!

Bruk!

Xiuhuan memukul keras pipi Minghao karena kemarahannya. Bahkan saking kuatnya, Minghao sampai terjatuh dan kepalanya mengenai sudut meja. Pelipisnya berdarah dan ia berdesis merasakan sakit. Tangannya terulur menyentuh pelipisnya, tapi belum sampai Xiuhuan menarik paksa tubuh Minghao.

"YAK!!. LEPASIN GUE, SIALAN!!." Teriak Minghao saat Xiu menahan dirinya.

Ia memegang tangan Xiu dan mencoba melepaskannya dari lehernya. Tubuhnya terkunci karena ulah Xiu dan juga kini pistol yang Xiu pegang berada di kanan kepalanya. Ia melirik tajam dan masih berusaha untuk bisa bebas dari Xiuhuan.

"MINGHAO!!!."

"Kamu dengar? Mereka memanggil dirimu. Pasti karena teriakan kamu tadi, sebab itu mereka dengar."

"Cepat lepasin gue, Xiu! Kenapa lo lakuin ini ke gue?." Tanya Minghao.

Xiu yang awalnya tersenyum, kini menatap dingin Minghao. Minghao merasa takut dengan tatapan itu. Tatapan yang Xiu berikan, adalah tatapan waktu dulu ia di tangkap olehnya dan disiksa hingga Seungcheol dan Jeonghan datang menyelamatkannya.

"Kamu ingin tau? Aku melakukan ini agar kamu mau kembali denganku. Aku ingin kita hidup bersama selamanya. Tapi karena kamu memutuskan ku, aku akan melakukan hal lebih dari sebelumnya."

"Maksud lo?."

"Kehadiran satu anggota tidak buruk, kan? Aku akan melakukan hal yang tidak ingin kamu inginkan sebelum kamu menikah."

Minghao terbelalak terkejut. Ia paham dengan ucapan yang baru saja Xiu katakan. Dirinya semakin memberontak agar bisa secepatnya kabur. Ia tidak mau, POKOKNYA TIDAK MAU!!.

"Hao!." "Adek!." "Minghao!."

Minghao menoleh dan melihat anggota keluarganya yang datang beserta keluarga para tunangannya. Air matanya terjatuh begitu saja melihat kedatangan seseorang yang mungkin saja bisa menyelamatkannya.

"Tolong! Tolongin Hao!." Pintanya.

Mereka yang melihat keadaan Minghao merasa terkejut. "Apa yang lo lakuin ke adek gue, Xiu!!!." Emosi Yuhao.

"Cepat lepasin Minghao sekarang juga. Gue bisa bunuh lo sekarang, Xiuhuan!!." Wonwoo mengepalkan kedua tangannya.

"Membunuhku? Sebelum kau membunuh diriku, aku akan membunuh orang yang kalian sayang ini." Ia semakin kuat menekan leher Minghao dengan lengannya.

"Lepaskan anak saya, Xiuhuan. Kau dan Minghao sudah tidak memiliki hubungan apapun lagi. Jadi stop mengganggu kehidupan anak saya!." Kata Sungjae.

"Maaf, paman. Tapi saya tidak peduli dengan semua ucapan paman." Sungjae menahan amarahnya mendengar penuturan Xiu.

"Seharusnya jika seperti ini, kau peduli, bukan? Atau kau ingin melawan?."

Semua orang menatap ke sumber suara. Seungcheol datang dan langsung mengarahkan pistol ke arah belakang kepala Xiu. Xiu melirik ke arah Seungcheol yang kini menatapnya tajam.

Sret!

Jeonghan menarik tangan Minghao dan mendekap tubuh lemah itu. Xiu tentu saja ingin mengambil kembali Minghao karena ia lengah dan membuat Minghao di tarik oleh Jeonghan. Tubuhnya di tahan oleh Seungcheol dan membuat dirinya tidak bisa mendekat ke arah Minghao.

"Lepasin gue, Cheol!."

"Lepasin? Kubur semua keinginan lo itu. Karena hari ini adalah hari terakhir lo ada di dunia ini!!."

Bugh!

Seungcheol memukul wajah Xiu dan membuat tubuh Xiu tersungkur.

"Dad, daddy gak ada keinginan buat bunuh dia?." Seungcheol menatap Sungjae.

"Tentu ada. Karena dia berani melukai Minghao." Jawabnya.

"Kalau begitu, kita bawa dia ke markas dan bunuh dia di sana." Ucap Seungcheol.

Disisi lain, Jeonghan sedang menenangkan Minghao. Minghao terus menangis dan ketakutan. Bayang-bayang dulu teringat dengan jelas, membuat tubuh itu bergetar ketakutan.

"Tenang, Eisa-ya. Ada Hyung di sini. Semua baik-baik saja, okey? Hyung gak akan biarin dia mendekatimu lagi. Kamu akan Hyung jaga." Ucapnya.

"Hyung..." Lirih Minghao.

"Kenapa, hm? Bilang saja sama Hyung."

"Kepalaku pusing..."

Minghao merasakan pening di kepalanya. Pandangan yang mulai memburam, juga tubuhnya yang terasa lemas.

Jeonghan yang panik langsung menatap ke arah tiga orang yang kini berjalan ke arahnya. Jeonghan meminta mereka segera ke sini dan membawa tubuh Minghao ke rumah sakit. Ia terduduk saat tubuh dalam dekapannya luruh ke bawah. Dan itu membuatnya semakin panik.

"Cepat bawa Minghao ke rumah sakit!!!." Seru Jeonghan membuat semua orang menatap ke arah dirinya dan Minghao.

Wonwoo mengangkat tubuh Minghao dan menggendongnya ala bridal style. Ia dengan segera berlari keluar dan menuju mobilnya. Diikuti oleh semua orang dan menyisakan Seungcheol, Sungjae, Yuhao, dan Xiu di dalam ruangan itu.

•••

"Hao, ini mommy, sayang. Kamu dengar mommy?..." Joy menepuk pelan pipi Minghao yang kini tidak sadarkan diri. Ia khawatir dengan kondisi sang anak.

"Mommy tidak perlu khawatir. Sebentar lagi kita akan sampai di rumah sakit." Ucap Jeonghan.

•••

To be continued...

TERJEBAKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang